Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Kliwon, Episode Merindukan Kedekatan dengan Gusti

12 Juni 2018   11:21 Diperbarui: 12 Juni 2018   11:40 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Foto: www.antarariau.com)

Seperti biasanya, setelah kuliah Subuh di Masjid kampung, Kliwon tidak segera pulang. Ia duduk-duduk sejenak meluruskan kaki, meluruskan tulang belakangnya dan kadang tertidur sejenak. Pagi itu, Kliwon tak bisa tidur, sebab Kiai yang mengaji kebetulan teman kecilnya ketika di Pesantren, usianya sebaya tentu saja.

Abdurrahman, begitu nama teman Kliwon yang sekarang menjadi Kiai kondang di Kota Provinsi. Kegiatan hampir selalu dakwah dari satu kecamatan ke kecamatan lain, dari satu kabupaten ke kabupaten yang lain. Pesantren yang didirikan dikelola adiknya, yang katanya lulusan Al-Azhar, Kairo.

"Selesai puasanya, Won," kata Abdurrahman sambil duduk di samping Kliwon, setelah mempersilakan ta'mir masjid meninggalkannya karena ia akan ngobrol dengan teman masa kecilnya.

"Ya, belum to, man," ucap Kliwon.

"Lho, bagaimana sih?"

"Kan ini baru hari ke 28."

Mereka terbaha-bahak, bergembira setelah beberapa tahun terakhir ini mereka tak sempat bertemu. Biasanya, setiap tahun, Abdurrahman yang bersilaturrahmi ke rumah Kliwon. Merasa sedikit lebih muda saja, begitu ia selalu bilang kalau ditanya kenapa kiai yang datang, bukan Kliwon yang ke Pesantren.

"Puasa sudah hampir selesai," kata Abdurrahman.

"Ya, dan kita merasa belum mendapatkan apa-apa," kata Kliwon.

"Apa ada yang kamu cari, Won? Pahala yang berlipat ganda, bahkan seperti ibadah seribu bulan."

"Tidak. Sama sekali tidak,. Saya tidak merindukan janji seribu bulan. Itu hanya akan melencengkan kegaulan kita dengan Gusti, Man."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun