Mohon tunggu...
Jannu A. Bordineo
Jannu A. Bordineo Mohon Tunggu... Penulis - Pengarang

Jannu A. Bordineo, lahir di Gersik, sebuah kampung di Kabupaten Penajam Paser Utara yang sering disalah kira dengan salah satu kabupaten di Jawa. Lulusan teknik yang menggandrungi sastra. Mulai menulis cerita sejak ikut lomba mengarang cerpen sewaktu SD. Buku kesukaannya adalah Jiwa Pelaut karya Moerwanto. Temui dia di kedalaman hutan atau di keluasan lautan, karena dia pendamba ketenangan. http://www.lautankata.com/ fb.com/bordineo IG: @bordineo.id

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bab 5

16 Juni 2019   16:49 Diperbarui: 16 Juni 2019   16:52 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SINAR MATAHARI pagi masih hangat, tetapi suasana bandar Nyiurmelambailambai sudah sedemikian riuh. Agak berbeda dari hari sebelumnya, sumber keriuhan utama bukan lagi berasal dari kegiatan perdagangan, melainkan berasal dari gotong royong warga dan seluruh penghuni Perguruan Naga dalam membuat panggung-panggung apung untuk Pesta Laut nanti.

Pesta Laut adalah acara tahunan yang diselenggaran di bandar Nyiurmelambailambai. Inti dari acara ini adalah selamatan yang dilanjutkan dengan berbagai macam lomba ketangkasan. Tujuan awal diselenggarakannya Pesta Laut adalah untuk menarik minat para saudagar dan kapal-kapal dagang agar mau singgah ke bandar Nyiurmelambailambai.

Di masa lalu, bandar Nyiurmelambailambai adalah pangkalan pasukan laut Majapahit. Keberadaannya sangat penting dalam pengamanan Laut Jawa. Dari sinilah kapal-kapal perang Majapahit dengan cetbangnya yang kesohor itu bertolak mengamankan jalur perdagangan rempah dari Maluku.

Namun, selepas Perang Paregreg yang merontokkan kekuatan laut Majapahit, bandar Nyiurmelambailambai tidak lagi digunakan. Terbengkalai. Karena penghidupan penduduk Nyiurmelambailambai sepenuhnya dari kegiatan pasukan laut Majapahit---baik itu bergabung menjadi prajurit ataupun menjadi pemasok perbekalan kapal, Nyiurmelambailambai berada di ambang kehancuran.

Seiring runtuhnya kekuasaan Majapahit, para petinggi desa pun memutuskan mengubah bandar Nyiurmelambailambai menjadi bandar dagang, sekaligus menjadikan Nyiurmelambailambai negeri yang berdiri sendiri seperti daerah bekas kekuasaan Majapahit lainnya.

Keputusan Nyiurmelambailambai ditentang oleh Tuban. Tuban yang berada di selatan Nyiurmelambailambai merasa terancam dan ingin menguasai Nyiurmelambailambai dan menjadikannya pangkalan pasukan laut, sama seperti saat zaman Majapahit dulu. Akan tetapi, sebelum pecah perang antara dua negeri bekas bawahan Majapahit ini, tercapailah kata sepakat yang dikemudian hari dikenal sebagai Perjanjian Tuban-Nyiurmelambailambai.

Di bawah perjanjian ini, Tuban mengakui Nyiurmelambailambai sebagai negeri bekas wilayah Majapahit yang merdeka seperti halnya Tuban sendiri. Namun Nyiurmelambailambai tidak diperkenankan memiliki bala tentara sendiri. Sebagai gantinya, keamanan perairan menjadi tanggung jawab Tuban dengan imbalan bea jasa yang dibayarkan setiap tahun. Sementara untuk keamanan di dalam pulau, Nyiurmelambailambai hanya mengandalkan Pagar Desa yang diisi oleh muda mudi Nyiurmelambailambai.

Dengan tercapainya kata sepakat dengan Tuban, Nyiurmelambailambai bisa memusatkan segala sumber dayanya untuk mengembangkan perdagangan. Namun, bukan berarti bandar Nyiurmelambailambai serta-merta menjadi ramai seperti sekarang.

Sewaktu masih menjadi pangkalan pasukan laut Majapahit, tidak sembarang kapal bisa berlabuh di Nyiurmelambailambai. Bisa dibilang, hanya kapal-kapal Majapahit saja yang mengunjungi bandar ini. Sementara para saudagar menghindari bandar ini, bahkan setelah Nyiurmelambailambai berubah menjadi bandar bebas.

Untuk menarik perhatian para saudagar sekaligus mengenalkan Nyiurmelambailambai yang telah menjadi bandar bebas, maka diselenggarakanlah sebuah perayaan, Pesta Laut. Seiring berjalannya waktu, terbukti Pesta Laut berhasil memikat para saudagar untuk singgah dan menjadikan Nyiurmelambailambai salah satu bandar utama di Nusantara. Belakangan, para saudagar malah merasa perlu menghadiri Pesta Laut untuk meningkatkan pundi-pundi kekayaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun