Mohon tunggu...
Anjani Eki
Anjani Eki Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Fiksi

Penikmat Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kematian Kota Tua

26 Desember 2019   11:15 Diperbarui: 26 Desember 2019   11:25 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadis pirang masuk ke dalam laboratorium dengan lima pria berbadan kekar. Alya keluar melalui tangga darurat dan menuruni anak tangga dengan cepat. Tabung itu digenggam erat. Alya menengok ke belakang. Dentuman keras persis di atas kepalanya. Sebuah peluru meleset menghantam pintu besi. Alya panik. Kemeja tersangkut dan tabung itu terlepas dari tangan. Bergegas dia bangkit dan mengambilnya. Pria-pria itu semakin mendekat.

Gadis itu terpeleset dan jatuh di tangga terakhir di depan pintu keluar. Menyeret kakinya yang terkilir dia bangkit dan meraih engsel pintu. Berkali kali digerakkan pintu tidak terbuka. Salah seorang dari pria itu menarik tangan Alya . Menjatuhkan tubuh Alya ke lantai dan merebut tabung itu dari tangannya. Pria itu mengarahkan pistol tepat di dahi gadis itu dan seketika ambruk berlumuran darah.

Seseorang menarik tubuh Alya dari jenazah pria itu. Dia membekap bibir Alya dan bersembunyi di balik tumpukan kardus. Pria itu mengeluarkan alat untuk mematikan microchip dalam tubuh Alya. Empat pria berbadan kekar itu berjalan semakin menjauh dari keduanya.

Lelaki itu membuka topengnya . Alya memeluknya dengan erat dan menangis hingga tubuhnya terguncang. Pria bermata biru itu melepaskan pelukan Alya dengan perlahan dan menatapnya dengan lembut.

"Kamu aman Nak. Tapi waktu kita sedikit."

Alya mengangguk dan menunjukkan tabung itu kepada Ayahnya. Keduanya bergegas menuju laboratorium nasional di kota itu untuk memperbanyak virus penawar kematian . Sebuah sedan mendekati keduanya. Pria berjas coklat dan bertopi hitam, membuka pintu dan tersenyum dengan ujung rokok masih menempel di bibirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun