Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Prosesi Pemakaman (Episode 13)

15 Mei 2019   06:49 Diperbarui: 15 Mei 2019   07:34 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Prosesi Pemakaman

Satu persatu para pengantar meninggalkan arena pekuburan, hanya terlihat Ibu bos, kedua anak bos, dua orang satpam kantor, Dita dan Catur, mereka masih berada di sekitar gundukan tanah yang masih basah, harum bunga melati masih menyengat, semua hening memandang makam almarhum bos.

Waktu menunjukan pukul 14.15, Catur memberi isyarat ke Dita, Dita mengerti arti isyarat yang diberikan Catur, dihampirinya ibu bos.

"Ibu, sama adik-adik sebaiknya pulang dulu untuk istirahat." Kata Dita seraya mengakul ibu bos.

"Yang lain nanti kembali ke kantor saja dulu." Lanjut Dita

"Saya dan Catur nanti ikut ke rumah bos dulu." Lanjutnya.

Jarak pemakaman ke rumah bos sekitar satu setengah kilo meter, perlahan mereka berjalan melawati beberapa batu nisan, kadang harus memutar agar tidak melangkah makam yang dilewati, si Ibu bos sesekali masih melihat kebelakang, sebentar kemudian kembali berjalan. Dita terlihat masih memegang tangan ibu bos.

Sesampai di rumah, terlihat Ilos masih membersihkan halaman dan merapikan meja dan kursi, serta teras samping kanan yang tadi di pakai untuk memandikan jenazah.

Terlihat juga beberapa karangan bunga turut berduka cita dari beberapa perusahaan dan kenalan almarhum terpajang di jalan menuju pintu masuk.

Mereka berempat langsung duduk di ruang tamu, sementara kedua anak almarhum langsung masuk ke kamar mereka.

"Untuk sementara kegiatan kantor, saya dan Dita yang urus, Bu."

"Setiap hari akan kami laporkan Ibu progresnya." Lanjut Catur

"Selanjutnya untuk mala mini, apa ada kegiatan, bu?" Tanya Catur

Ibu bos menarik nafas dalam, kemudian berkata

"Pertama ibu mengucapkan terima kasih atas bantuan semua, Bu Dita, Pak Catur dan orang-orang kantor."

"Ibu juga mohon di bukakan pintu-pintu maaf buat almarhum bapak, sampaikan nanti sama orang-orang kantor."

"Untuk urusan kantor, saya minta laporan aja dulu, kalau ada hal perlu harus saya putuskan, mohon diinfokan saja."

"Terkait acara malam, ibu mohon bantuan Pak Catur, untuk menghubungi orang masjid, acara ba`da Magrib saja, sama bapak-bapak  ustadz tadi yang mengurus almarhum bapak."

"Ibu juga minta tolong, nanti Pak Catur ke pengurus Masjid komplek ini, tanyakan apa ada biaya yang dikeluarkan, nanti langsung saya gantikan."

"Untuk ibu Dita, Ibu minta tolong selama satu minggu ini, aturkan untuk pesan nasi box, sebanyak kira-kira yang yasinan malam ini, minum dan kue-kue kecilnya, nanti minta tolong Pak Ilos yang atur."

"Semua biaya, nanti jangan pakai anggaran kantor, semua biaya terkait ini ada sama ibu."

Seiring dengan selesainya pembicaraan ibu, bersamaan datang beberapa tetangga, yang ingin menyampaikan duka cita.

"Ibu, kami pamit dulu, nanti saya habis dari pengurus masjid langsung ke kantor, Bu Dita nanti langsung ke kantor, saya mampir dulu juga ke rumah pak Ustadz nurdin menyelesaikan semuanya, semua biaya biar kami dulukan dulu, nanti kami lapor ke ibu." Kata Catur

Catur, Dita dan Ilos beranjak dari ruang tamu untuk pamit, empat ibu-ibu yang datang tadi masih berdiri di ruang tamu, membiarkan Catur, Dita dan Ilos berpamitan.

Seraya berjalan menuju rumah Ketua DKM Masjid komplek Catur, mengambil handphone dan menilpun Dessy.

"Assalamualaikum."

"Waalaikum Salam."

"Gimana almarhum bos," Tanya Dessy

"Alhamdulillah, ini baru selesai dimakamkan, di pemakaman komplek tidak jauh dari rumah almarhum."

"Sekarang lagi dimana ?"

"Ini menuju rumah ketua pengurus Masjid, untuk acara yasinan malam ini."

"Sudah makan belum ?"

"Astagfirulah, belum makan siang lagi."

"Habis ini makan dulu, sudah jam tiga lho, ntar sakit, atau mau makan disini ?" Tanya Dessy.

"Nanti makan di jalan saja cari warung, selesai dari sini mau ke rumah Ustadz yang tadi mandiin jenazah, sekalian minta tolong juga untuk acara yasinan, malam ini sampai tujuh hari kedepan." Jelas Catur.

"Ya, sudah hati-hati, jangan lupa makan."

"Eh...Des..."

"Yups..."

"Kangen....!!!

"Gombal...." Sahutan dari seberang

"Sungguh...!!!

"Heeemmmm."

"Ya, udah hati-hati, Assalmualaikum."

"Waalaikum Salam."

Catur masih berjalanan menuju rumah pengurus Masjid komplek, dengan senyum walau mulai terasa lapar, dan perut mulai bunyi, mungkin cacing-cacing di dalam mulai berontak menunggu jatah.

Edthirteen, 15052019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun