Mohon tunggu...
Mira Rahmawati
Mira Rahmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Pemula

Belum tahu apa-apa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesat

5 Oktober 2020   12:46 Diperbarui: 5 Oktober 2020   12:56 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"loh jangan begitu, orang-orang harus pintar lihat mutu. Kalau kami kan sudah biasa dianggap sesat atau hina, begitu."

Beliau pun menjamuku dengan istimewa. Aku pun jadi sering diminta ke sana, kalau menolak hadir tentu menimbul rasa tidak enak.

Suatu hari, Aji mendatangi rumahku. Ia bilang, mbah Darma ingin bicara empat mata denganku. Istriku pun curiga dengan kedatangannya. Istriku ini rupa-rupanya mulai curiga dengan kegiatanku dengan kelompok ini. Namun, tentu istriku belum layak diberi tahu, ia akan mudah salah paham sepertiku sebelumnya.

Mbah Darma pun menyambutku di rumahnya. Tapi kali ini aku diajak ke ruangan rahasianya. Katanya, aku orang pertama yang diajak ke sana. Ruangan itu dipenuhi oleh lukisan, keris, kepala rusa, dan hiasan kain.

"Kamu kan tahu bagimana orang-orang luar melihat kelompok kita. Aku rasa, si Rustam pun kewalahan menghadapi orang-orang. Ke depannya, kamu bisa ambil alih posisi Rustam. Diam-diam saja," pinta Mbah Darma. Aku terkejut, bagaimana aku bisa melangkahi temanku tiba-tiba.

Aku pun ke warung kopi seperti biasa agar aku tak berbohong pada istriku kalau aku ingin minum kopi di sini. Pak Ajud pun sudah beberapa kali ini tak kelihatan, padahal biasanya ia sangat sering ke sini. Tapi lebih baik begitu, karena ia iasa saja mengorek-ngorek urusan Mbah Darma.


Sebetulnya aku pun merasa tak enak dengan si Rustam, kesannya aku menusuknya dari belakang. Memang ia jago bicara, tapi ia kadang sembrono dan tak pernah mmbaca. Orang-orang bisa jadi membenci kelompok ini gegara mulutnya itu. 

Aku pun sebetulnya tak sepenuhnya setuju dengan beberapa kegiatan kelompok ini. Mbah Darma memperbolehkan kami untuk mencuri uang orang pendengki atau orang yang jahat. Katanya itu bisa jadi pelajaran bagi si penjahat itu. 

Tapi uang itu separuhnya harus dibagi pada orang miskin. Tapi karena di kelompok kam isudah banyak orang yang seperti itu, uang tersebut mengalir di situ. 

Bagaimanapun, penilaian dan tuduhan orang-orang pun terlalu jahat pada kelompok ini. Maka dari itu, mungkin jika aku mengambil alih kerja si Rustam, aku bisa mengubah juga ke arah lebih baik.

Di warung kopi ini aku jadi bosan berlama-lama. Dulu, aku suka mengobrol dengan Rustam, atau warga lain. Sekarang Rustam tak ada, para warga pun seperti ogah-ogahan mengobrol denganku, ditambah Ajud yang jadi teman baru mengobrolku ikut menghilang, mungkin proyeknya sudah rampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun