Mohon tunggu...
Minar Kartika Panjaitan
Minar Kartika Panjaitan Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai menulis, jalan jalan dan kegiatan sosial

Aktifitas wiraswasta, pengembangan masyarakat, menyukai travelling, menulis, ibu rumah tangga,

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Salahkah Aku Melahirkan Anak Perempuan?

17 September 2020   22:12 Diperbarui: 1 Oktober 2020   16:15 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian 1

Hari itu, adalah hari yang dinanti nanti Hotma, betapa tidak sudah lebih dari tiga bulan, Togar suaminya tidak pulang-pulang dari pekerjaannya melaut. Pekerjaan itu memang membuat Hotma tidak bisa setiap hari bertemu dengan suaminya. Padahal dia sangat menantikan kehadiran sang suami untuk menemaninya mengasuh anak-anaknya yang masih kecil, sementara dia harus bekerja.

Tak jarang anak-anaknya dititpkannya kepada tetangga, kepada penjual gorengan, atau kepada siapa saja yang mau dengan rela menjaga anaknya dengan upah yang tidak besar. Karena dia tak sanggup membayar pengasuh anak yang mahal.

Bunyi pagar pintu dibuka, krekk…terperanjat dia dengan kegirangan, dilihatnya teman hidupnya telah tiba. Dengan ransel seadanya, pakaian yang cukup mewah dan mentereng. Hotma datang dan menghampiri suaminya itu, sudah pulang Pak? Sapanya dengan semangat

“Ya”…jawab Togar dengan nada yang datar. Hotma sedikit kecewa karena sudah berbulan-bulan dia menantikan suaminya, tanpa ada kabar (karena belum ada HP secanggih saat ini pada saat itu), namun suaminya hanya menyapa seadanya saja.

 “Anak-anak menunggumu, mereka pasti senang kamu datang”, sapa Hotma seraya mengambil tas ransel suaminya. Hotma berusaha menghangatkan suasana, dia menyajikan secangkir kopi dan gorengan yang dimasaknya sendiri. Togar tanpa basa basi menyeruput kopi dan menikmasti gorengan yang disajikan istrinya. Tiba-tiba suasana menjadi riuh. Tiga orang anak perempuannya datang dengan gembira dan sambil berteriak kesenangan.

 “ Hore bapak datang..hore..hore”. Teriak mereka.

Namun respon Togar tidak seceria anak-anak gadisnya itu. Malah dia berkata “ Yah..jangan ribut, papa capek, papa mau beristiraha dulu ya”.

Anak yang paling sulung berkata “ Bapak bawa apa? Kami sudah lama menunggu bapak”. Namun Bapaknya menjawab. “Akh..tidak bawa apa-apa sudah pergi main sana”.

 Karena kecewa, anak-anak pun pergi. Tapi setidaknya anak-anak merasa nyaman karena Bapaknya sedang di rumah. Setidaknya mereka tidak merasa takut jika ada yang memukul mereka,  ada yang akan membelanya, anak-anak merasa senang, kalau mereka akan mendapat jajan karena kalau sama Ibu mereka tidak akan mendapatkan jajan, karena ibu mereka tidak memiliki cukup uang untuk jajan.

Setidaknya mereka akan diundang ulang tahun karena, biasanya teman-teman mereka tidak mau mengundang mereka karena tahu anak-anak ini tidak akan membawa kado. Anak-anak merasa senang karena pelindungnya berada disisinya.

Malam itu mereka habiskan dengan bercerita seluruh keluh kesah mereka kepada Bapaknya, dan bapaknya mau mendengarkan anak-anak mereka. Terlepas  Bapaknya mengerti atau tidak, apa yang disampaiakn oleh tiga putri putirnya.

Bagian 2

Pertengkaran itu dmulai dari surat yang diterima oleh Togar dari keluarga besarnya dari kampung, yang mengatakan bahwa harta warisan dari orangtuanya yang menjadi pembagian dari cucu paling besar tidaklah jatuh pada anak Togar, karena Togar tidak memiliki anak laki-laki, namun jatuh pada anak adiknya yang memilki anak laki-laki. 

Sementara Togar adalah anak sulung di keluarganya. Hal ini membuat Togar sangat marah, marah karena merasa tidak dihargai, marah karena kenyataan bahwa ia tidak memilki anak-laki-laki.

Pembagian harta warisan memang sudah lama didiskusikan semenjak 4 tahun silam orangtua Togar meninggal dunia, namun untuk pembagian warisan untuk cucu laki-laki belum diputuskan, karena hasil disksui bahwa harta warisan haruslah pada cucu laki-laki dari anak yang paling besar. Namun Togar akhirnya menerima surat yang membuatnya kesal tersebut. Karena hasil keputusan tersebut sudah disepakati oleh adik-adiknay dan juga Bapatua dan Bapaudanya.

Siang itu istrinya Hotma membuatkan kopi untuknya, melihat suaminya gusar dan kesal dia bertanya. Namun Togar malah membentaknya.

“Ini semua karena kau”. Kau yang membuat semua ini, Rahim yang tak berguna?” Bentak Tagor dengan kesal. Tersontak Hotma merasa kaget bercampur sedih,

“Apa maksudmu mengatakan demikian?” Nada Hotma mulai meninggi.

“Ya kamu melahirkan anak-anak perempuan semua. Karena itu kita tidak dihargai, karena itu kita tidak diperhitungkan. Memang ntah perempuan macam apa kau ini, tidak berguna”. Tambah Tagor dengan muka marah.

Rasanya Hotma merasa terlempar bermeter-meter kebelakang. Lelaki yang didepannya apakah manusia atau tidak, lelaki ini punya perasaan atau tidak? 

Sudah sangat jarang pulang, tidak mengasuh anak tiap hari, menafkahi pun sudah sangat jarang bahkan sudah berbulan-bulan tidak menafkahi, sementara pakaian dan perhaisan ditubuhnya melekat, Namun sanggup mengatakan hal demikian padaku. Hotma merasa tidak diperlakukan tidak adil. 

Hotma pun berbicara meninggi dan marah padanya. Namun apapaun ceritanya Togar tidak mau kalah malah membentak dan memukul meja kuat, membuat Hotma terdiam dan mendengar cacian makian yang tak pantas didengarnya.

Togar dengan suasana hati yang marah pergi, meninggalkan Hotma yang terseduh-seduh menangis. Remuk redam, hancur, perasaan tak berarti dan pedihnya kondisinya hidup di lingkungan adat yang menganggap laki-laki adalah pembawa nama, kebanggan, kekuatan dan kehormatan. Sementara anak perempuan dianggap hanya pelengkap saja.

Malam itu dia menatapi wajah anak-anaknya yang sedang tertidur pulas,

 “ Apa salahku melahirkan anak perempuan terus menerus, apa salahku jika belum atau tidak  dikaruniakan anak laki-laki.Apakah ini salahku sajakah? Bukankah laki-laki adalah juga penentu kita akan melahirkan bayi berjenis kelamin apa?. Hotma dengan hati yang hancur mengadu pada Tuhan, matanya berurai air mata, hatinya hancur, suaranya terbata-bata mengadu pada Tuhan.

Memiliki suami yang sudah tidak memperdulikan kesusahannya, malah menuntut dan memaki makinya, Namun Hotma lagi-lagi menatap wajah polos anak-anaknya,dia merasa kuat, ya aku harus kuat kelak anak-anakku ini akan berhasil, anak-anak yang kuat dan mandiri. Tidak mudah menyerah sekalipun banyak penolakan yang mereka hadapi dan mereka hidup dengan kondisi yang tidak mudah tentunya.

Karena kelelahan batin yanga amat sangat Hotma terlelap, pada malam dia mengadu, pada Tuhan ia berserah, pada malam yang menjadi saksi betapa sulit hidup yang dihadapinya, Tapi Hotma percaya ada Sang Khalik yang memperdulikannya. Hotmapun tertidur  malam itu.

Bagian 3

Hotma tiba-tiba terperanjat dari tidurnya, badannya berkeringat dan tubuhnya merasa lemah. Ternyata hanya mimpi gumamnya. Hotma bermimpi hal yang tidak mengenakkan dan menggelisahkan hatinya. 

Dalam mimpi seseorang telah mencuri gaun pengantinnya.Hotma merasa sedih karena dia tak mengenal si pencuri dan ntah kemana gaun pengantin itu dibawanya. Agar tidak terlarut dalam mimpi Hotma membasuh wajahnya minum segelas air putih, setelah berdoa Hotma lanjut beristirahat.

Paginya seperti biasa Hotma mempersiapkan semua sarapan anak-anaknya, menyisir rambut anak-anaknya satu persatu, karena jarak anaknya satu dengan yang lain adalah satu tahun. Tepat pukul 7 pagi Hotma membawa anak-anaknya beserta perlengkapan mereka, anak yang sudah bersekolah dititip tetangga agar dapat diantar karena kebetulan adalah satu sekolah. 

Sementara dua orang adiknya dititip ke tukang goreng untuk dijaga. Demikianlah Hotma menjalani hari-harinya, anak-anaknya belajar mandiri. Si sulung yang masih duduk di bangku kelas 1 SD,  habis pulang sekolah memasak nasi dan menyulangi adik-diknya makan. Menunggu pukul 4 sore, dia sudah memandikan adik-adiknya memberi makan dan mengajak mereka menunggu ibunya di simpang jalan

Hotma merasa bangga, pada anak-anaknya karena anak-anaknya mandiri dan tidak macam-macam, tidak mau menyusahkan ibunya dengan merengek minta jajan.

Hari itu Hotma mendapat kabar dari surat yang diterimanya dari pos, dan ternyata itu adalah dari suaminya, yang berisi meminta dia agar memikirkan untuk pindah ke Kota Medan, untuk mendampinginya disana, Karena lebih dekat darinya sehingga dia bisa kapan saja pulang, tidak seperti saat ini yang pulang sekali tiga bulan, itupun kalau tidak ada kerja tambahan.

Hal tersebut ditolak mentah-mentah oleh Hotma, mengingat prilaku suaminya ,Di kota Sibolga  tempat mereka tinggal saat ini, mereka sudah memilki rumah walaupun sangat kecil, Hotma memilki pekerjaan dan lingkungannya cukup baik.

 Semenatra kalau di Kota Medan yang cukup besar mereka akan mengontrak, pekerjaanpun belum tentu ada, sementara Togar suaminya belum tentu menafkahinya. Hotma berpikir keras dan menolak ajakan tersebut.

Penolakan ajakan tersebut membuat Togar kesal padanya, tidak pulang berbulan bulan, tidak memberi kabar dan tidak ada uang belanja. Hati Hotman merasa gusar. Mana anaknya sedang sakit dan si bungsu baru kecelakaan, dimana harus kena jahitan dikepalanya. Dia merasa sangat sedih dan sendirian.

Beberapa kali dia menghubungi perusahaan tempat suaminya bekerja, mereka mengatakan Togar tidak di kantor dan sedang berada di lapangan.

Bulan kelima akhirnya Togar pulang, dan Hotma serta anak-anaknya merasa senang dan merasa bahwa semua akan baik-baik saja. Urusan perpindahan sementara tdiak dibahas lagi.

Bagian 4

Beberapa hari ini Hotma merasa tidak enak badan, kepalanya sering pusing dan mual. Karena penasaran dan lagian Hotma sudah telat datang bulan selama 3 minggu, akhirnya Hotma pun memeriksa dan ternyata dia sedang hamil dan sudah jalan sebulan. Dia merasa kaget dan campur senang namun lagi lagi segala perasanpun tidak bisa diutarakan karena Togar suaminya tidak ada disampingnya.

“Ini menjadi kabar kejutan” pikir Hotma saat suaminya nanti pulang akhir pekan. Dan benarlah tibalah hari yang ditunggu tunggunya, Togar pulang seperti biasa dengan pakaian yang necis. 

Ketika dia pualng ada hal lain yang diciumnya dari bau parfum suaminya, dia mencium aroma parfum perempuan, dan dia juga menemukan ada helai rambut perempuan di salah satu baju kotornya. Dia mememriksa bahwa itu bukan rambutnya. Dia merasa tidak enak dan penasaran. Namun agar suasana itu tetap nyaman, Hotma berusaha sesantai mugkin

Seperti biasa, sebelum memulai percakapan Hotma menyuguhkan minuman kopi dan kue jajanan. Hotma mulai bercerita mulai dengan bertanya kabar, dan segala kegiatan yang dilakukan suaminya ketika tidak berjumpa, Togar pun menyamapiakn seluruhnya tanpa ada sanggahan.

Akhirnya Hotma menyampaikan kabar yang sedari seminggu lalu ingin diberitahunya pada belahan jiwanya itu, bahwa dia sedang hamil, anak ke 4. Togar sontak terperanjat antara senang dan sedikit bingung. Hotma merasa bingung dengan reaski suaminya.

 “Memang kenapa pak? napa Bapak kaget dan bingung mendengar saya hamil”. Tanya Hotma menepis kebingungannya melihat reaski Tagor

.Togar menjawab…”Ti..dak..tidak saya senang koq. Kamu jaga kesehatan ya jangan terlalu capek, nasehat Togar.

Tiga bulan sudah usia kandungan Hotma, sejauh ini tidak ada masalah dan dia bisa melewati trisemester pertama walaupun tanpa suami disampingnya. 

Terdengar kabar yang tak mengenakkan dari teman suaminya dan juga masih kerabat Hotma, bahwa Togar memiliki wanita lain dalam hidupnya di kota tempat dia bekerja. Awalnya Hotma tidak ingin percaya, namun karena belakangan Togar jarang memberikan kabar dan bahkan sudah hampir 3 bulan tak pulang-pulang, diapun mencari kabar tentang suaminya.

Atas perintah Hotma dan ada mata-mata yang dimintanya untuk mencari kabar tersebut. Sontak Hotma terkejut, mendengar kabar bahwa memang suaminya memiliki hubungan wanita lain dan sedang mengandung pula. 

Hatinya hancur berkeping-keping. Rasanya ingin sekali ia memutar balik hidupnya untuk tak pernah mengenal Togar suaminya, betapa malangnya dia sebagai warita yang selain diabaikan juga dikhianati. Rasa amarah ayng berkecamuk dihati Hotma ingin sekali dia cabik cabik suaminya. Namun Hotma mencoba menenangkan dirinya menginat dia sedang mengandung dan akan berpengaruh bagi janinnya jiak dia terlalu emosi dan stress.

Bagian 5

 “Molo sehat ho, mamboan gelleng na di bortian mi” to jolo on sehat ma ho” demikian nasehat kakak Hotma saat dihubunginya kakaknya yang tinggal di Siantar, menyampaikan keluh kesahnya yang sangat tak tertahankan ini, membuat Hotma curhat pada kakaknya.

Saat selesai berbicara dengan kakaknya melalui telepon rumah yang dipinjamnya dari tetangganya. Terdengan suara pagar sedang dibuka, sekilas dia melihat. Ternyata Tagor pulang. Hatinya berkecamuk Antara senang dan juga sangat marah, amarah yang sudah tak tertahan. Ingin sekali dia menamuk atas perlakuan suaminya yang sudah mencuranginya.

Setelah selesai makan malam, Hotma yang sedari tadi ingin berbicara, akhirnya mengangkat suara dan menyampaikan kecurigaannya, pertanyaanya dan keluh kesahnya.

 “Pak, apa benar kau memiliki wanita lain? Pa mengapa kau lakukan ini samaku, apa salahku?” Nada Hotma bergetar dan air mata sudah dikelopak matanya siap tumpah.

Togar yang sedari tadi duduk, smabil menyeruput kopinya, tiba-tiba terperanjat. “Ah…darimana kamu bisa mengatakan hal itu” Coba mengelak

“Ah ..sudahlah janagn kamu mengelak, hal ini sudah kucurigai sejak 4 bulan yang lalu, parfum, rambut semua itu salah satunya dan ditambah lagi berita yang kudengar bahwa kamu memilki wanita lain” Nada Hotma sudah meninggi

 “Ah..itu slaahmu juga, sudah kubilang ayok pindah ke Medan, tapi kau menolaknya, siapa yang mengurusi aku disana, siapa yang menyediakan aku makan, menggososk pakaianku” Togar tak bisa mengelak dan mengakui berita yang didengar Hotma benar.

“ Jadi, benar?” Hotma terbelalak, tangis yang ditahannya sedari tadi tumpah sudah…bunuh…bunuh ..bunuh saja aku pa bersama anakmu ini, karena tak ada guannaya aku hidup, kau sakiti aku terus menerus, tega sekali kau Pa” Teriak Hotma

Malam yang sangat kelabu buat Hotma, apapun ceritanay dia harus tetap hidup, demi anak yang dikandungnya dan juga ketiga anak gadisnya. Pada Tuhan dia mengadu, betapa sakit yang dialaminya. 

Nasi sudah menjadi bubur. Tinggal bagaimaan bubur ini apakah dibiarkan sampai basi atau, bubur tesebut diolah sehingga bisa tetap dikonsumsi dan berguna. Hotma tak dapat memejamkan matanya.

Usia kandunagn Hotma sudah 9 bulan, hari lahiran sudah mendekati, rasa kontraksi mulai menghinggapi Hotma. Karena Togar taka da disampingnya, Hotma memanggil tetangga untuk menolongnya. Syukurnya para tetangga banayak yang mengasihi dan rela menolongnya.

Pagi itu tepat pukul 02.00 dini hari anak Hotma dan Togar ke 4 lahir ke dunia. Anak tersebut dalam kondisi sehat dan bayi yang lahir adalah perempuan. Hotma sedikitpun tak merasa kecewa karena apapun anak tersebut adalah anugerah Tuhan, dan Tuhan punya tujuan besar untuk hidupnya.

Berita kelahiran tersebut disampaikan kepada Togar, dan pada minggu itu Togarpun pulang, hatinya gembira dengan kelahiran anaknya tersebut. Namun Hotma tidak merasa damai sejahtera dengan kehadiran suaminya, karea ia tahu persisi kelakuan suaminya. Terdengar  bahwa wanita simpanannya sudah melahirkan dan anaknya adalah laki-laki. 

Mendengar berita itu Hotma berkecil hati, karena ia tahu bahwa hati Togar sudah memilki hal wanita lain, dan Hotma berencana ingin sekali jauh-jauh dari kehidupan Togar dan mengakhiri segalanya, setelah dia sehat nanti, setelah masa nifas selesai ya, mungkin setelah anaknya selesai ASI, tekad bulat di hati Hotma, karena ia tahu bahwa yang diharapkan Tagor suaminya adalah, menjauh dari hidupnya lagian Tagor sudah memilki anak laki-laki yang diidamkannya

Rencana itu disampaikannya pada itonya, walau orangtua Hotma sedikit membaca, namun Hotma tidak mau menyusahi orangtuanya karena kelakuan suaminya, lagian Tagor adalah lelaki pilihannya, lelaki yang terpaksa dinikahinya karena mereka pun sudah salah langkah awalnya. 

Jika orangtua Hotma tahu tentang niatnya untuk bercerai, maka pastilah akan membuat hati orangtuanya kecewa dan marah. Sehingga rencana itu hanya disampaikannya pada itonya.

Namun itonya menasehatinya, bahwa perceraian adalah milik Tuhan dan hanya Tuhan yang bisa menceraikan manusia melalui kematian. Kalaulah memang sikap Tagor tidak bertanggungjawab sebaiknya jauhi Tagor dan tidak perlu menemuinya lagi, demikian nasihat itonya.

Selain itu itonya pun menasehati Hotma untuk menuruti ajakan suaminya untuk pindah ke Medan, mengikuti suaminya. Karena memang tidak baik ruamh tangga mardua huta. 

Nasihat itonya itu terus dipikirikan oleh Hotma dalam hati, dia berdoa agar Tuhan bukakan jalan dan berikan dia hati yang mau mengampuni Tagor suaminya, seberapun sakit yang dialamainya. 

Namun dia juga berpikir bagaiaman dengan wanita simpanannya dan anak yang sudah lahir?.Mampukan Hotma untuk berbagai hidup dengan mereka. Oh tidak…hati Hotma berkecamuk dan tak sanggup memikirkan hal yang terjadi.

Bagian 6

Dua tahun berlalu, Hotma dengan hati yang berat pagi itu menyatakan pengunduran dirinya kepada kepala sekolah bahwa dia akan pindah ke Kota Medan, dimana suaminya bekerja. 

Kepala Sekolah, teman-teman sejawat, tetangga mendukung keputusan Hotma, mereka bahu membahu membantu Hotma untuk pindah, semua dengan tulus membantu Hotma untuk mengemasi barangnya. Mereka selama ini merasa kasihan melihat Hotma yang sendirian berjuang untuk membesarkan anak tanpa suami didampingnya.

Tiba di Medan, Hotma merasa canggung dengan kehidupan yang baru, tapi dia berusaha untuk beradaptasi, anak-anakpun mulai betah dengan situasi di Ibu kota Provinsi Sumatera Utara tersebut. Kehidupan keluarga Hotma seudah semakin baik, Tagor menepati janjinya setiap hari pulang, memberikan nafkah yang memadai dan mengajak anak-anaknya berjalan jalan, mengajari dan menemanii mereka mengerjakan PR. Hotma merasa terbantu sekali dengan perubahan suaminya.

Hingga suatu siang, datanglah seorang wanita yang lebih mudah sekitar 5 tahun dengan Hotma, dia datang berkunjung ke rumah mereka dengan membawa anak alki-laki yang hampir sebaya dengan anaknya yang paling kecil

“Kak….ada Bapak?” tanyanya. Hotma menjawab cari siapa ya dek? Wanita tersebut dengan fasih menyahut “Apakah ini rumah Bapak Tagor?”.Hotma sedikit gemetar dan curiga menjawab. “Iya, benar. Adek siapa?..Saya Lince Kak, ini Bayu anak Pak Togar.

Seketika jantung Hotma berdegup kencang, terasa mau pingsan dia mendengar pernyataan itu. Kepalanya seperti berputar-putar, perutnya ingin tumpah seluruh isinya. Namun Hotma berusaha menenangkan diri dan menyuruh wanita itu masuk.

Wanita itu, menjelaskan dirinya bahwa dia adalah teman wanita Tagor, istrinya juga dan anak yang dibawanya adalah Bayu anak Tagor. Lince ingin menyerahkan Bayu untuk tinggal dengan mereka. 

Karena dia tak sanggup untuk menghidupi Bayu sendiri, dan rencananya untuk menjalani hidup yang lebih baik. Seketika Hotma merasa sedih dengan wanita tersebut. 

Bagaimanapun juga wanita itu juga adalah korban kebinalan suaminya. Dan anak yang dibawanya sungguh kasihan, karena pasti tidak akan mendapatkan haknya sebagaimana seorang anak.

Hotma..,gumamnya, sungguh aneh hidup ini ya Tuhan, tak dapat diselami dan tak dapat diduga. Hidup rumah tangga yang dijalaninya memang bukanlah kehidupan seperti yang dirasakan oleh kebanyakan orang. 

Rumah tangga yang harus dipenuhi pengampunan, rumah tangga yang dipenuhi penerimaan. Memang tak salah aku melahirkan anak perempuan, anak yang akan melihat bagiaman seorang wanita bertahan dalam segala cobaan, anak yang akan belajar bagaimana terus belajar untuk mengampuni, bertahan untuk pertumbuhan anak-anak lebih baik.

Ya..Hotma menerima suami yang telah pernah mengingkari cintanya, menerima anak hasil perbuatan curang suaminya, menerima anak yang walaupn bukan lahir dari rahimmnya, namun ingin dibesarkan dan dirawat dengan cinta kasih. Untuk melihat dan menyaksikan betapa cinta wanita yang bukan ibunya itu adalah cinta yang tak ada pamrih, dan tak dapat dibandingkan dengan apapun. Hotma tak salah melahirkan anak perempuan.

Kehidupan Hotma, tagor dan kelima anaknya pun berangsur semakin pulih, hati yang mengampuni memulihkan seluruh hubungan, memang cinta itu bagai bunga mawar, yang semakin jatuh dan terinjak, maka semakin menebarkan wangi untuk setiap insan disekitarnya. 

Demikain cinta Hotma kepada suami dan keluarganya. Biduk rumah tangga yang tidak mudah dijalanai dengan banyak pengorbanan, tentunya menjadi pelajaran berharga untuk empat wanita yang dilahirkannya. Tak salah dia melahirkan anak perempaun

catatan:

“Molo sehat ho, mamboan gelleng na di bortian mi” to jolo on sehat ma ho” (jika sehat/selamat kamu mengandung anak yang dalam rahimmu saat ini, seterusnya sehat dan panjanglah umurmu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun