Memahami teori moral Kohlberg itu seperti punya peta saat menjelajahi hutan. Kita bisa saja berjalan tanpa arah, asal mengikuti insting, tapi risiko tersesatnya lebih besar. Dengan peta, kita tahu ada jalan setapak, tanjakan, dan mungkin jurang yang harus dihindari. Begitu juga dengan perkembangan moral. Kita sering mengira moralitas itu bawaan lahir—anak baik ya baik, anak nakal ya nakal. Padahal, moralitas itu bertumbuh, berubah, dan dipengaruhi banyak hal. Dengan memahami teori Kohlberg, kita jadi lebih paham kenapa anak kecil melihat dunia sebagai "hitam-putih", kenapa remaja lebih peduli pada gengsinya di mata teman, dan kenapa orang dewasa yang matang bisa mempertanyakan aturan tanpa kehilangan arah.
Teori ini juga penting buat memahami diri sendiri. Pernah nggak, kita merasa ada orang yang nggak peduli soal keadilan, asal aman buat dirinya sendiri? Atau sebaliknya, ada yang rela dihukum demi memperjuangkan sesuatu yang dianggap benar? Nah, itu karena setiap orang ada di tahap moral yang berbeda. Dengan memahami tahapan Kohlberg, kita jadi nggak gampang menghakimi. Kita bisa lebih sabar dalam mendidik anak, lebih bijak dalam menilai orang lain, dan mungkin, lebih terbuka dalam memahami perbedaan pandangan. Karena pada akhirnya, moralitas bukan cuma soal aturan, tapi soal bagaimana kita memutuskan mana yang benar dalam hidup ini.
Kesimpulan
Jadi, memahami teori moral Kohlberg itu seperti melihat peta perjalanan manusia dalam memahami benar dan salah. Dari anak kecil yang patuh karena takut dihukum, remaja yang lebih peduli pada gengsi dan aturan sosial, sampai orang dewasa yang bisa berdiri tegak atas prinsipnya, semua ada tahapannya. Ini bukan soal siapa yang lebih baik, tapi soal bagaimana kita tumbuh dan belajar. Dengan memahami tahapan ini, kita jadi lebih sabar dalam menghadapi orang lain, lebih bijak dalam menilai perbuatan, dan yang paling penting—lebih sadar bahwa moralitas itu bukan sesuatu yang statis, tapi perjalanan panjang yang terus berkembang sepanjang hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI