Pada tingkat ini, anak-anak memahami moralitas berdasarkan akibat langsung dari suatu tindakan, seperti hukuman atau hadiah.
- Tahap 1: Orientasi Hukuman dan Kepatuhan
Anak-anak melihat sesuatu sebagai "baik" atau "buruk" berdasarkan apakah mereka dihukum atau tidak. Contoh: Seorang anak tidak mencuri permen karena takut dimarahi orang tua, bukan karena paham bahwa mencuri itu salah. - Tahap 2: Orientasi Instrumental-Hedonistik (Pertukaran Timbal Balik)
Anak mulai memahami bahwa tindakan bisa menguntungkan mereka. Moralitasnya bersifat transaksional: "Aku baik kalau aku dapat hadiah." Contoh: Anak membantu temannya karena berharap mendapatkan bantuan kembali di lain waktu.
2. Tingkat Konvensional (Usia Remaja dan Dewasa Awal, 10–20 Tahun)
Pada tahap ini, individu mulai mempertimbangkan harapan sosial dan aturan sebagai panduan moralnya.
- Tahap 3: Orientasi Kesepakatan Interpersonal (Good Boy/Good Girl)
Seseorang ingin dianggap sebagai orang baik oleh lingkungan sekitarnya. Mereka mulai peduli dengan harapan sosial dan hubungan interpersonal. Contoh: Seorang remaja tidak berbohong karena ingin tetap dipercaya oleh teman-temannya. - Tahap 4: Orientasi Hukum dan Ketertiban
Individu mulai memahami pentingnya aturan dan hukum dalam menjaga ketertiban sosial. Moralitasnya bukan lagi soal hubungan pribadi, tetapi kepatuhan terhadap sistem yang lebih luas. Contoh: Seorang pengendara tetap berhenti di lampu merah meskipun jalanan kosong, karena tahu aturan itu dibuat untuk keselamatan bersama.
3. Tingkat Pascakonvensional (Dewasa, 20 Tahun ke Atas – Tidak Semua Mencapainya)
Pada tingkat ini, seseorang mulai memahami bahwa aturan dan hukum dapat bersifat fleksibel dan harus didasarkan pada prinsip keadilan serta hak asasi manusia.
- Tahap 5: Orientasi Kontrak Sosial
Individu menyadari bahwa hukum dibuat untuk kesejahteraan bersama, tetapi bisa diubah jika tidak adil. Moralitas menjadi lebih demokratis dan berbasis kesepakatan sosial. Contoh: Seorang aktivis menentang undang-undang yang diskriminatif karena bertentangan dengan prinsip keadilan.
- Tahap 6: Orientasi Prinsip Etika Universal
Ini adalah tahap tertinggi, di mana seseorang bertindak berdasarkan prinsip moral universal, seperti keadilan, kebebasan, dan hak asasi manusia, bahkan jika itu berarti melanggar hukum. Contoh: Seorang dokter tetap mengobati pasien ilegal yang membutuhkan pertolongan darurat meskipun hukum melarangnya, karena ia percaya bahwa menyelamatkan nyawa lebih penting daripada aturan administratif.
Tidak semua orang mencapai tahap kelima dan keenam. Banyak individu berhenti pada tahap keempat, di mana mereka hanya mengikuti hukum tanpa memp
ertanyakan lebih dalam. Namun, bagi mereka yang terus berkembang, moralitas menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar aturan—ia menjadi kompas batin yang membimbing setiap keputusan dalam hidup
Mengapa Teori Kohlberg Penting?