Coba kita pikir: Kenapa kalau anak jago matematika dianggap pintar, tapi kalau anak jago menggambar malah cuma dianggap "punya hobi"?
Ini seperti menyuruh semua hewan---kucing, ikan, burung, dan gajah---untuk ikut lomba lari. Ya jelas burung bisa terbang duluan, ikan bakal kebingungan, dan gajah? Ya tetap gajah! Masalahnya, kita sering memaksa anak-anak untuk jadi sesuatu yang bukan dirinya.
Kenapa Banyak Potensi Anak yang Hilang di Sekolah?
Ada beberapa alasan kenapa banyak anak yang potensinya nggak terlihat di sekolah:
Sistem Pendidikan yang Terlalu Kaku
Mayoritas sekolah masih mengukur kecerdasan hanya dari kemampuan akademik. Padahal, Howard Gardner sudah menjelaskan ada delapan kecerdasan majemuk, mulai dari kecerdasan musikal, kinestetik, sampai kecerdasan interpersonal. Tapi sayangnya, yang dihargai hanya yang bisa diukur dengan angka.
Kurangnya Metode Belajar yang Beragam
Setiap anak punya cara belajar yang berbeda. Ada yang lebih mudah memahami lewat gambar (visual), ada yang lebih suka mendengar (auditori), dan ada yang harus langsung praktik (kinestetik). Tapi di kelas, hampir semua pelajaran disampaikan dengan metode yang sama: ceramah dan buku teks. Kalau nggak cocok? Ya susah berkembang!
Label "Anak Pintar" vs. "Anak Biasa Saja"
Sejak kecil, anak-anak sering diberi label. Kalau sering juara kelas, langsung dicap "anak pintar." Kalau nilainya standar atau di bawah rata-rata, sering dianggap "biasa saja" atau bahkan "bermasalah." Padahal, kecerdasan seseorang nggak selalu bisa diukur dari nilai ujian.
Fokus Berlebihan pada Hasil, Bukan Proses