Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen : Wanita yang Masih Menantang Cahaya Matahari Esok Pagi

26 Oktober 2021   00:37 Diperbarui: 26 Oktober 2021   00:50 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Apakah kamu tidak bersedia saya lamar?," lanjut Kepala Kantornya. 

Diotaknya yang cerdas masih terekam dengan baik narasi dari keluarganya tentang perilaku Pak Kakan.
" Kamu itu belum tahu siapa sebenarnya Pak Kakan itu, Asi." Kamu belum tahu siapa sebenarnya lelaki yang menjadi pimpinan Kantormu itu," kata keluarganya. 

"  Kami ini sudah puluhan tahun berkumpul dengan dia. Jadi paham betul tentang perilakunya," sambung Tantenya  yang diiyakan Pamannya.

Tak ada jawaban pasti dari Asi bukan berarti dirinya tak menyukai lelaki duda itu. Tapi hubungannya dengan seorang lelaki lain yang telah membuat derajat dan martabat hidupnya tereskalasi adalah penyebab dirinya enggan memberi jawaban pasti kepada Kepala Kantornya. Kendati hubungan keduanya tak diketahui publik, namun dari nada dering yang ada di handphonenya tergambarkan soal hubungan asmara itu. Lagu " Jadikan Aku yang Kedua " dari penyanyi Astrid adalah nada dering yang bisa para penelpon dengar saat menelpon dirinya.

Dimata hati Asi lelaki yang kini membina hubungan gelap dengan dirinya adalah lelaki sejati. Bukan hanya mampu merebut kehormatanya sebagai wanita saja.Bukan hanya mampu membuatnya terkulai sebagai wanita. Dan  bukan hanya mampu menjadikan malam yang indah menjadi malam jahanam bagi dirinya semata, tapi kedermawanan dan kebaikan yang ditebarkan lelaki itu membuat dirinya tak perlu terlalu menjadi parasit di rumah Tantenya.

Kebaikan hati dan jiwa yang ditebarkan lelaki itu telah mengangkat kehidupannya sehingga bisa untuk hidup mandiri tanpa mengharapkan uluran tangan dari keluarganya. Apalagi dirinya masih mempunyai adik yang masih kecil-kecil. Sementara ayahnya hanya seorang pegawai rendahan yang tinggal jauh diseberang.
" Kamu harus jadi wanita mandiri. Jangan tergantung kepada keluargamu. Tunjukan bahwa kamu bisa dan mampu hidup secara mandiri," ujar lelaki itu saat mareka usai menuntaskan hasrat sahwat sebagai manusia dewasa.

Dan dimata Asi hanya lelaki itu yang berani mengutarakan niat baiknya kepada keluarganya di Dusun. Sementara Pak Kakan hanya berwacana saja bak para wakil rakyat tanpa bukti kongret. Itu yang membuat Asi makin kagum kepada lelaki yang telah membuatnya mengenal cinta dan tampil sebagai wanita dewasa. Padahal Asi paham  betul resiko terjal yang akan mareka hadapi sangat berliku dan sarat perjuangan atas hubungan asmara hitam mareka sebagai anak manusia yang saling mencintai.

Hidup yang diangankan Asi bersama lelaki itu hanya impian. Kebahagian yang sedang dirasakan dan dinikmatinya bersama lelaki itu pupus dihantam waktu. Cita-cita untuk bahagia dan membahagiakan hanya mimpi disiang bolong. Kekacauan hidup terjadi saat dirinya didatangi seorang wanita setengah baya  berkulit putih. Dirinya pun luluhlantak. Malu besar. Martabatnya sebagai wanita terhempas. Narasi santun dari wanita itu membuatnya harus menguburkan impiannya hidup bersama lelaki yang telah membuatnya kehilangan harga diri sebagai wanita. Asa yang telah digantungkannya ke langit biru kini harus menjelma menjadi derita. Lara yang tak terampuni.
" Sebagai wanita kita harus bermartabat. Jauhi ayah  anak-anak saya. Masih banyak lelaki jomblo di dunia ini," ucap wanita itu. 

Asi pun terkulai. Dunia seakan mau runtuh. Gelora hidupnya memudar. Tak ada lagi gejolak yang menyala-nyala dalam jiwanya untuk menantang hidup yang makin keras ini. Asi hanya terdiam membisu.

Setali tiga uang dengan lelaki perusak martabat dirinya dan kehidupan masa depannya, Pak Kakan pun kini enggan menoleh dengan dirinya. Lelaki duda itu kini berusaha menjauh. Menjauh. Lelaki itu kini menjaga jarak dengan Asi. Kewibawaannya sebagai pimpinan Kantor ditunjukannya dihadapan Asi. Hubungan kerja sebagai bawahan dan atasan pun di kantor pun menjadi hambar. Tak ada lagi sapa dan teguran yang membahagiakan. Semuanya menjadi hampa. Hampa.

" Maaf, ya Mbak. Pak Kakan tidak mau lagi  berhubungan dengan kamu. Mbak kan tahu sendiri kondisi pribadi Mbak yang sebenarnya," ungkap teman sekantornya seolah menyampaikan pesan tersembunyi Pak Kakan.
" Apa karena aku tidak terhormat lagi sebagai wanita? Apa karena aku sudah kehilangan martabat ku sebagai seorang wanita," desak Asi kepada teman sekantornya.
" Betul sekali Mbak," jawab teman sekantornya sambil berlalu meninggalkan Asi seorang diri.  Asi hanya menelan ludah pahit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun