Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kemuliaan Sebuah Palu

28 September 2021   19:36 Diperbarui: 28 September 2021   19:44 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: PNGDownload.Id

Gadis kaget setengah mati. Bagaimana tidak. Tayangan program berita di sebuah televisi hampir mencopot jantungnya dari katup. Suara lelaki itu amat di kenal. Bahkan sangat dikenalnya. Demikian pula dengan wajah flamboyan lelaki di televisii itu amat dikenanya. Sangat dikenalnya.

Sementara suara teman-temannya terus bergemuruh menyaksikan tayangan acara di televisi itu. Maklum yang tampil dalam program interview itu seorang hakim terkenal yang dikenal para penegak hukum sebagai hakim yang jujur dan berintegritas. Disegani kawan dan lawan.

" Duh tampannya lelaki itu. Bangga sekali kalau punya ayah seperti itu," ujar temannya.
" Bahagianya kalau punya pacar seperti bapak itu," sela seorang temannya
" Gagah, awet muda. Tak kalah klas dengan aktor-aktor sinetron," timpal temannya yang lain.

Kekaguman dan decak kagum terus berhamburan dari mulut temannya tentang lelaki yang ada di televisi itu.

" Dermawan
" Terkenal
" Dan tentunya sangat beruntung kalau  menpunyai ayah seperti itu,"  seru teman yang lain dengan nada suara kagum.

Gadis masih terdiam. Pandangan matanya berpaling ke arah jalan. Bola matanya yang indah, sama sekali tak menatap acara di televisi. Padahal teman-temannya terus mengoceh tentang  seorang lelaki yang ada dilayar di televisi itu nada suara penuh kekaguman dan bangga bahkan mengimpikan memiliki ayah seperti lelaki setengah baya di televisi itu.

Seorang Bapak tengah baya tampak mengulurkan tangannya. Gadis merogoh dompetnya. Mengambil lembaran ribuan dan menjulurkannya kepada Bapak itu. Sebuah kalimat bernada terima kasih dilontakan Bapak itu yang dijawab Gadis dengan sebuah senyuman. Matahari makin meninggi. Cahayanya makin panas.

Gadis tak habis pikir bagaimana ayahnya yang dikenalnya sebagai lelaki yang tak berharga diri bisa dinobatkan sebagai hakim terbaik tahun ini di negara ini.
" Apakah dunia mau kiamat?," pikirnya.

Kendati hidup dalam keluarga yang bergelimangan harta dan punya kekuasaan, Gadis tetap seorang gadis yang sederhana. Gadis yang tak pernah memamerkan kekayaan harta keluarganya. 

Gadis yang masih ke kampus naik angkot bahkan ojek. Gadis tak pernah bercerita tentang keluarganya kepada teman-temannya. Bahan Gadis satu-satunya teman mareka yang tak pernah mengajak mareka kerumahnya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun