Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen : Nasionalisme yang Tergadaikan

17 Juni 2021   07:38 Diperbarui: 18 Juni 2021   14:09 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Animasi: pngdownload.id

" Siap,' teriak Dullah dan rekannya dengan semangat 45 yang amat membara. 

Tak heram dalam pertandingan eksebisi itu Timnas menghajar Timnas Negeri Sakura dengan skor telak 3-0. Matdullah menjdi pemain terbaik lewat assistnya yang mampu diselesaikan striker Timnas haus gol ke gawang negeri Sakura. Dan besoknya Matdullah terkejut aksinya dilapangan hijau menghiasi halaman suratkabar Ibukota. Dalam waktu seketika,Matdullah pun menjadi idola. Pemilik klub klas top memburunya untuk membela klub mareka. Harga jual Matdullah sebagai pemain sepakbola terangkat ke langit. Menjadi pemain dengan rekor harga termahal.

Malam itu adalah pertandingan final Piala Asia Pasific. Timnas sukses meraih tiket ke Final dan siap tempur untuk menghadapi Timnas negara gajah Putih. Sejuta asa telah terpatri dalam jiwa para pemain. Inilah momentum  bagi semua pemain Timnas untuk menunjukkan klas mereka sebagai pesepakbola klas dunia.

" Kita harus tunjukkn kepada dunia, bahwa kita adalah tim  hebat dan tim yang ditakuti lawan," pesan Sang pelatih.

" Siap," teriak Matdullah dan kawan-kawan dengan narasi membara.

" Saatnya kita menang dan menang," seru sang pelatih memompa semangat pemainnya.

" Siap menang," teriak pemain timnas bergemuruh dalam ruang ganti pemain.

Itulah kenangan manis dan terakhir Matdullah bersama timnas diarena persepakbola nasional. Matdullah bahagia sekali. Airmatanya selalu meleleh membasahi pipinya kalau mengenang peristiwa heroik 2x45 menit itu. 

Bagaimana tidak, disaat injury time, disaat wasit hendak meniupkan peluit, tendangan kerasnya dari luar kotak pinalti mampu menggetarkan jala gawang Timnas Gajah Putih yang dikawal pemain klub dunia Barcelona. Tendangan keras ke pojok kiri gawang membuat skor berubah menjadi 1-0. Dan timnas juara Piala Asia Pasific untuk pertama kalinya. Sambutan terhadap para pemain pun sangat luarbiasa saat tiba di tanah air. Presiden pun memberi waktu untuk bertemu dan sekedar makan siang bersama bersama pemain Timnas.

Dan usai pertandingan itu, Dullah sering mendapat teror dari orang-orang yang tak dikenalnya. Dulah pun tak pernah lagi dipanggil Timnas. Apalagi semenjak sang pelatih mengundurkan diri, Dullah tak pernah lagi dipanggil dalam Pelatnas. Bahkan diklubnya sendiri, Matdullah jarang dimainkan 90 menit. Pemain berkostum nomor punggung 10 itu lebih banyak dibangku cadangan.

" Sekarang kamu baru tahukan, siapa sebenarnya penguasa sepakbola itu. Kami, bukan kalian para pemain. Tanpa kami kalian hanyalah pemain kampung tak dikenal orang dan dunia. Kami yang membuat kalian terkenal dan hebat. Tapi kamu membantah dan mementingkan Tim dan nama baik bangsa. sekarang kamu terima akibatnya," ujar seseorang lewat telepon genggamnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun