Matkudel sangat tahu pula, bagaimana Ibu perempuan itu sedang tergolek sakit di rumah. Sementara biaya berobat belum mampu dia kirimkan. Setidaknya membaca surat-surat yang dikirimkan keluarga perempuan itu, membuat Matkudel yakin dia adalah perempuan yang dikirimkan Tuhan untuknya. Setidaknya apa yang dilakukan perempuan itu untuk dirinya selama di rumah ini membuat dirinya sangat yakin tentang perempuan itu yang dikirim Allah SWT untuknya.
Usai sholat subuh Matkudel tak memejamkan matanya lagi. Dia ingin menunggu perempuan itu pulang. Ada sesuatu yang hendaknya dikatakannya. Kudel ingin melamar perempuan itu sebagai istrinya. Soal status perempuan itu sebagai perempuan malam, bukan halangan bagi Matkudel untuk tidak menyuntingnya. Bagi Matkudel perempuan itu sungguh istimewa dibandingkan dengan perempuan-perempuan yang dikenalnya selama ini yang selalu menjadikan kantongnya sebagai transaksi.
Derit pintu depan terbuka. Seraut wajah letih menyeruak dari balik pintu. Melihat Matkudel, perempuan itu menebar senyum. Sebuah senyuman yang amat menawan dan menggetarkan hati Matudel.Senyuman yang sudah lama didambakannya sebagai lelaki dewasa.
" Pagi amat bangunnya, Mas," sapa perempuan itu. " Saya buatkan kopi, ya," sambungnya sembari menuju dapur.
" Tak usah Mbak. Aku sudah ngopi. Nih gelasnya. malah masih ada sisa kopinya," jawab Matkudel.
Perempuan itu kaget setengah mati saat mendengar Kudel ingin meminangnya. Jantungnya hampir lepas.
" Saya ini perempuan malam Mas. Tak pantas bersanding dengan Mas," jawab perempuan itu menjawab keinginan Matudel.
" Manusia itu bukan dilihat secara kasat mata dari profesinya. Bukan sama sekali. Tapi hatinya," ujar Matkudel sambil menunjuk arah hatinya. Perempuan itu terdiam.
" Kalau Mbak bersedia menerima lamaran saya, pagi ini kita berangkat ke desa Mbak. Mohon izin dengan keluarga dan anak Mbak,"lanjut Matkudel.Â
" Insya Allah, saya akan menyayangi Mbak dan anak Mbak sebagaimana saya mencintai diri saya sendiri. Saya kan berusaha menjadi lelaki sejati untuk Mbak," janji Matkudel.
Sinar mentari pagi yang cerah menghantarkan dua sejoli ini menuju sebuah tempat baru bagi keduanya. Rengkuhan tangan kekar Matkudel dipundak perempuan itu tampak sangat erat. Sebagai bukti bahwa Matkudel akan menjaga perempuan itu untuk masa depannya. Masa depan anak-anaknya. Dan tentunya masa depan mareka sebagai manusia baru di tempat baru.Â
Toboali, Ramadan hari ke-30/12 Mei 2021
Salam sehat dari Kota Toboali
Salam Ramadan buat pembaca dan Kompasianer yang menjalankan Ibadah Puasa 1442 H