Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Perempuan yang Setiap Malam Mengaji

26 April 2021   15:16 Diperbarui: 26 April 2021   20:55 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: wasit.id/wallpaper oleh Ahmad Tormezzi

Cerpen: Perempuan yang Setiap Malam  mengaji

Di ujung barat, matahari sudah menekukkan kepala. Cahaya rembulan emas mulai hadir. Mengibarkan cahaya terang benderang. Seorang perempuan muda meninggalkan rumahnya. 

Dandanannya mengundang tatapan birahi dari para lelaki jalang yang menatapnya dengan mata liar. Perempuan muda itu terus berjalan dan berjalan dari satu wajah ke wajah lainnya. Membahagiakan wajah-wajah itu. Membocorkan kantong-kantong celana para wajah-wajah  yang mengumbar naluri kelakiannya berbalut kebahagiaan semu.

Lebel primadona melekat dalam tubuh mudanya. Uang mengalir dari dompet-dompet. Berterbangan diatas kasur empuknya. Dulunya. Kini, perempuan muda itu tinggal sendirian di dalam hutan kecil di ujung Kampung. Tidur beralaskan tikar. Dan entah siapa yang menyuruhnya tinggal di sana, tak seorang pun yang tahu. 

Perempuan muda berlebel primadona itu kini telah menjelma menjadi seorang perempuan keriput yang telah terasing dari dunianya. Tak ada keramaian yang dilihatnya lagi. Tak ada lagi  hingar bingar suara musik yang menggelitik gendang telinganya sehingga memacu adrenalin tubuhnya mencapai nirwana. Tak ada lagi. Bahkan tak ada lagi warga yang menyapanya. Dan para warga Kampung selalu menghindari untuk melewati rumahnya.

Kini, setiap usai sholat magrib, perempuan tua itu mengaji. Suaranya terdengar hingga ke langit. Mereligiuskan alam. Mententramkan jiwa. Dan usai mengaji, doa ampunan selalu panjatkannya kepada Sang Maha Pencipta dengan deraian airmata. Sementara mulut manis dari para warga yang menghinanya tak bisa dicegah. Suara hinaan dari para warga terus bersenandung  hingga ke ruang-ruang pribadi warga kampung.

"Wanita jalang  seperti dia tak pantas menyenandungkan ayat-ayat suci," ujar seorang warga kampung.

"Melihat tubuhnya saja, sudah dipenuhi dosa," sambung warga yang lainnya.

"Sangat jelas sekali, itu karma dari Allah untuknya," celetuk warga yang lainnya.

Suara hinaan yang datang menyerang tubuh keriputnya tak mengurungkan niatnya untuk terus membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Perempuan tua itu tak patah arang. Baginya membaca ayat-ayat Al-Quran adalah kewajiban bagi semua orang muslim, terutama dibulan Ramadan. Bulan seribu Bulan. Suara ayat-ayat Al-Quran  yang disenandungkannya terus terdengar. Sangat merdu. Mengornamen malam yang dicahayai ramadan. 

Para warga Kampung kaget saat tahu bahwa rumah milik perempuan tua yang selalu menyenandungkan ayat-ayat suci Al-Quran dibakar orang tak dikenal. Peristiwa naas itu terjadi pada malam kelima belas Ramadan, di saat perempuan tua itu sedang mengaji di rumahnya. Perempuan tua itu hangus terbakar bersama rumah tuanya yang hanya berdindingkan spanduk bekas slogan Pilkada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun