Mengernyitkan dahinya berlipat-lipat. Â Dia datang secara istimewa tiap tahunnya. Â Untuk memberikan pertanda mulia. Â Telah hadir nyala pelita. Â Bagi kegelapan yang memekatkan hati. Â Sebelas bulan lainnya.
Sang Bulan selalu saja terasa teriris. Â Di ujung sabitnya yang melengkungi langit. Â Bertetesan dosa dosa yang terpantul dari tingkah manusia. Â Tidak berubah. Â Selalu saja bertambah. Bahkan bisa dalam bentuk perkalian. Â Tidak dalam bentuk pengurangan.
Dia selalu menjadi saksi nelangsa. Â Padahal ingin sekali menghirup wanginya bunga. Â Sampai suatu ketika meminta kepada lebah lebah. Â Meminjam wangi yang diserapnya saat melakukan ibadah.
Bulan Sabit tundukkan mukanya. Â Berpaling kepada malaikat yang sedang terbang bersliweran. Â Menitipkan pesan pada buku catatan. Â Tolong sirami kepala manusia dengan wanginya Ramadhan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI