Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pesan Bulan Kepada Malaikat

12 Juni 2017   12:29 Diperbarui: 12 Juni 2017   12:32 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengernyitkan dahinya berlipat-lipat.  Dia datang secara istimewa tiap tahunnya.  Untuk memberikan pertanda mulia.  Telah hadir nyala pelita.  Bagi kegelapan yang memekatkan hati.  Sebelas bulan lainnya.

Sang Bulan selalu saja terasa teriris.  Di ujung sabitnya yang melengkungi langit.  Bertetesan dosa dosa yang terpantul dari tingkah manusia.  Tidak berubah.  Selalu saja bertambah. Bahkan bisa dalam bentuk perkalian.  Tidak dalam bentuk pengurangan.

Dia selalu menjadi saksi nelangsa.  Padahal ingin sekali menghirup wanginya bunga.  Sampai suatu ketika meminta kepada lebah lebah.  Meminjam wangi yang diserapnya saat melakukan ibadah.

Bulan Sabit tundukkan mukanya.  Berpaling kepada malaikat yang sedang terbang bersliweran.  Menitipkan pesan pada buku catatan.  Tolong sirami kepala manusia dengan wanginya Ramadhan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun