Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Prakata, Buku, dan Hujan yang Sempurna

27 Februari 2020   08:22 Diperbarui: 27 Februari 2020   08:19 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Apa yang membuat hujan bisa menjadi begitu sempurna di pagi hari? Di kota yang sibuk menghindarinya, dan di desa yang menerima kehadirannya dengan pelukan mesra?

Aku rasa jawabannya sangat sederhana. Hujan adalah prakata. Dari sebuah pidato panjang tentang kedamaian dan rasa dingin yang menyejukkan. Dengan iringan musik yang diaransemen oleh langit sendiri. Lalu diperdengarkan secara paripurna bagi mereka yang telah lama kehilangan pendengarannya.

Hujan juga sama dengan buku-buku yang ditulis sejak zaman purba yang kebijaksanaannya berlaku di semua tempat. Tidak pernah salah alamat. Kecuali jika langit tersakiti, maka badai akan datang sebagai sarapan pagi.

Di dalam setiap perkara yang dihadirkan oleh hujan, tidak ada satupun perkara yang cukup bukti untuk disidangkan. Hujan mudah disebut sebagai pesakitan. Meski sesungguhnya ia lah yang kesakitan.

Dalam setiap kerinduan yang tak pernah diungkapkan oleh orang-orang yang memutuskan diam pada setiap percakapan, akan selalu ada hujan. Baik sebagai perantara yang sempurna, maupun menjadi penyempurna dari perantaraannya terhadap cinta.

Jakarta, 27 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun