Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Dalam Kegelapan Amnesia

30 Desember 2019   01:43 Diperbarui: 30 Desember 2019   03:13 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Aku berada di simpang malam. Tepat di bawah rembulan yang patah. Dan ketika langit tergelincir di mendung yang licin.

Gelap, hanyalah cahaya yang sedang disembunyikan. Oleh waktu. Sebelum nanti matahari kembali memenuhi janji. Menyeberangi ufuk, memenuhi titi wanci.

Tidak terdengar perbincangan. Karena semua mulut dikunci dinihari. Menjadi filosofi ketenangan. Di mana percakapan sama sekali tak dibutuhkan.

Hanya suara-suara bisikan. Dihembuskan angin dari delapan penjuru. Menembus ruang-ruang sunyi. Menjadi nyanyian yang lebih rupawan. Dibanding orkestra manapun yang paling menawan.

Di sinilah, diam menjadi maharaja. Menguasai kerajaan cinta. Di wilayah-wilayah tanpa peta.

Serangkaian gumam, perlahan menguar di sudut-sudut mushola. Manakala satu dua orang. Terbangun dari amnesia. Lalu mengingat Tuhannya.

Aku lantas berada di ujung malam. Tepat di bawah rembulan yang telah sempurna ditambal. Menggunakan cahaya bintang-bintang yang tanggal. Dan langit kembali berdiri tegak. Menyambut segenap doa-doa. Di pelatarannya yang berundak.

Aku ingin terlelap. Sambil mendekap jam dinding. Agar cepat terjaga. Dari amnesia. Yang nyaris saja melupakan segalanya.

Bogor, 30 Desember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun