Ini sesi perjalanan romantis. Bagi pagi hari yang masih bisa merasakan getar-getar puitis. Dari mimpi semalam yang membawanya mengembarai hati yang bertundra. Dingin, kering dan lara. Namun ada perjanjian bahagia di sana. Antara musim dengan cahaya.
Musim boleh dingin dan cahaya bisa saja disembunyikan labirin. Tapi tak ada yang bisa menghalanginya untuk melangitkan ingin. Hingga tiba di sebuah tempat yang tak lagi berangin.
Selama ini angin nyaris selalu membuat khayalannya runtuh. Seperti kapal yang tersesat tanpa sempat membuang sauh. Pulau-pulau tempat singgah terlewati begitu saja. Akhirnya terjebak di pusaran samudera dengan badai paling berbahaya.
Meski samudera dan badai adalah dua pasal yang berbeda. Namun keduanya punya ayat-ayat yang sama; jika kau sedang berjuang melakukan perjalanan panjang, jangan lupa menitipkan doa-doa tentang pulang. Bila kau tak hafal bagaimana berlafal, jangan tanamkan sedikitpun dalam pikiranmu mengenai frasa gagal.
Lafal-lafal tentang gagal tidak ada di buku-buku filosofi keberhasilan. Kegagalan adalah keberhasilan yang dicekam ketakutan. Tak berani melangkah. Takut salah arah. Padahal delapan penjuru mata angin tak pernah berubah. Seperti mercu suar raksasa. Tak mungkin tumbang hanya karena badai semenjana.
Jakarta, 1 April 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI