Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Tentang Ibu dan Kekuatan Doanya

9 Februari 2019   14:06 Diperbarui: 17 Februari 2019   19:06 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demi perburuan terencana terhadap sisa cahaya purnama yang memancar keluar dari sorot mata para ibunda yang tersebar di seluruh penjuru dunia, diperolehlah satu semesta cahaya yang lebih terang dari purnama, menyamai matahari, serta menyudahi kegelapan yang begitu lama menguasai hati.

Doa-doa juga mesti diburu. Dari tempat kasih sayang berada di segala penjuru.

Yaitu dari rumah-rumah kecil kontrakan yang penghuninya tidak menyewakan ratapan. Lebih-lebih rutukan. Bagi mereka, lebih baik membeli airmata daripada harus menjualnya demi rasa iba.

Juga di pasar-pasar di mana pedagangnya membiarkan timbangan apa adanya. Tidak mencederainya dengan muslihat jahat yang mengada-ada. Bagi mereka, timbangan tidak sekedar menakar berat, namun juga neraca buatan akhirat.

Juga di terminal bus dan stasiun kereta. Tempat paling tepat untuk menimba kebaikan dari orang-orang yang dengan tulusnya menyerahkan jiwa raganya untuk berangkat menunaikan amanat dan hakikat untuk mendapat ainulbanat.

Takdir, tak perlu diburu. Biarkan ia pada kodratnya untuk laju atau membatu.

Sebenarnya,
Ini semua tentang ibu dan doa-doanya yang mengangkasa untuk menggenggam setiap harapan anak-anaknya akan petunjuk arah jalan menuju surga.

Bogor, 9 Februari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun