Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pecahan-pecahan Waktu

19 Januari 2019   23:42 Diperbarui: 19 Januari 2019   23:59 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ketika waktu terpecah menjadi lima bagian. Itulah saatnya kau mempelajari kepastian. Bukan lagi mengira-ngira banyak kemungkinan;

pecahan 1
udara dingin menggigit tengkukmu. Kabut luruh mendekati jendela dan pintu. Menyusup di balik angin-angin. Kau makin menekuk tubuhmu dalam dingin. Saat itulah pecahan waktu menggugahmu. Menyuruhmu pergi ke padasan. Dingin hanyalah sepersekian dari matematika cuaca yang mudah dipecahkan.

pecahan 2
otakmu terpanggang. Nyaris separuh dari kepalamu meregang. Terik dan gundah menarik-narikmu agar meradang. Bagimu semua terlihat jalang. Ketika itulah pecahan waktu menggamit hatimu yang berkelindan. Mengajakmu pergi ke suatu tempat berpancuran. Kau akan mendapatkan kesejukan yang segera saja menghapus tuntas dan lunas. Semua rencanamu untuk menjadi beringas.

pecahan 3
matahari tergelincir. Kau sedang terjebak dalam pikiran-pikiran fakir. Kau hampir memutuskan hari ini telah usai. Tapi semua masih jauh dari selesai. Kau termangu di pertigaan jalan. Maju berpeluh, mundur runtuh, dan diam pun hanya mendapatkan keluh. Saat itu pecahan waktu akan menyalakan lampu. Hanya sekedip tapi sanggup sampai ke hatimu. Kau pergi berbaris di belakang Imam. Menyingkirkan segala gumam yang mudah saja menerbitkan geram.

pecahan 4
kali ini matahari tenggelam. Kau mendapati senja menempel di sepatumu yang mengajak pulang. Kau kelelahan. Sekaligus butuh pengampunan. Mungkin saja kau tadi tak sengaja mengumpat-umpat. Bisa jadi kau tadi berucap keparat. Kepada siapa saja. Tentang apa saja. Kau benar-benar butuh kehadiran malaikat. Menyangga lututmu agar mampu bersekutu dengan pecahan waktu, menyelesaikan sholat.

pecahan 5
kau berpikir inilah saat yang paling terhormat untuk berbicara dengan Tuhan. Ini adalah pecahan waktu paling panjang. Kau mempunyai cukup kesempatan mengadu tapi tidak mengaduh. Berserah tapi tidak berbantah. Berhikmat tapi tidak meratap. Tak usah berpikir Tuhan akan mendengarmu lalu meluluskan semua permintaanmu. Jika kau berpikir begitu, lama-lama Tuhan bisa jemu.

Bogor, 19 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun