Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tetralogi Air dan Api, Lahirnya Air dan Api

12 Desember 2018   01:08 Diperbarui: 12 Desember 2018   02:20 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan panggil aku lagi kak...kamu panggil aku puspa saja..bagaimana?" mata bening gadis cantik menatap penuh harap.

"Tentu saja kak...eh Puspa..." Arya Dahana tersenyum manis.  Namun alisnya mendadak berkerut sangat dalam.  Dyah Puspita yang masih menatap bahagia mendengar jawaban Arya Dahana, mengikuti arah mata pemuda itu.  

Tidak seberapa jauh dari mereka, dari arah tengah lautan yang sedikit berkabut.  Terdengar ringkik kuda yang sangat kencang.  Tidak hanya satu kuda. Kedengarannya lebih dari dua atau tiga kuda meringkik bersama sama.  Namun Dyah Puspita dan Arya Dahana tidak melihat apapun di sana.  Dyah Puspita yang tadinya sudah melupakan kengeriannya, sekarang merinding lebih hebat lagi.  Dia mendekatkan tubuhnya ke Arya Dahana dan menempel erat ke sisi pemuda itu. 

Jika ada yang mengenal siapa Dyah Puspita dan tahu betapa lihainya gadis cantik itu, pasti akan merasa heran bukan main.  Gadis itu sekarang dengan manjanya meminta perlindungan kepada seorang pemuda hijau sakit sakitan dengan kemampuan dan pengalaman yang masih beberapa tingkat di bawahnya.

Suara ringkik kuda semakin keras dan membahana.  Memecah kesunyian yang tadinya mencekam menjadi hiruk pikuk penuh kengerian.  Dan laut tersibak perlahan saat sepasang kuda muncul ke permukaan.  Diikuti sepasang yang lain.  Dan sepasang lagi yang lain.  Sampai akhirnya 4 pasang kuda muncul di permukaan laut.  Menarik sebuah kereta kencana yang berkilau kilau mewah dan megah.  

Dyah Puspita dan Arya Dahana mematung terpukau melihat pemandangan langka ini.  Sampai tidak disadari bahwa mereka saling menggenggam tangan dengan erat.  Berdebar debar menanti apa yang selanjutnya akan terjadi.

Kereta kuda itu berhenti di pantai yang landai dengan anggun.  Kuda kuda itu terlihat sangat perkasa.  Tinggi besar dan gagah.  Keretanya sendiri tak terbayangkan mewahnya.  Semuanya terbuat dari emas yang berkilauan.  Pintu kereta kencana itu terbuka perlahan.  Keluarlah dua orang perempuan yang sangat cantik dan berbaju ringkas hijau hijau.  Keduanya mengambil sikap di kanan kiri pintu belakang kereta yang masih belum terbuka.  

Dan pintu itu pun terbuka dari dalam.  Seorang lagi wanita berbaju panjang kebaya menampakkan dirinya.  Yang ini lebih cantik lagi dibanding dua yang pertama.  Baju kebayanya yang juga berwarna hijau berkibar kibar saat dia turun dari kereta.  Dia menunggu di luar sembari membimbing sebuah tangan yang terulur dari dalam.  Dan keluarlah wanita ke empat dari kereta itu. 

Dyah Puspita dan Arya Dahana yang semenjak tadi sudah terbengong bengong, kali ini tidak bisa lagi menyembunyikan kekagumannya.  Wanita terakhir yang keluar dari kereta itu luar biasa cantik dan anggunnya.  Berbaju sutera putih panjang mewah.  Bertubuh begitu sempurna.  Wajahnya sangat anggun dan menawan hati siapapun yang melihatnya.  Arya Dahana sampai melongo lupa menutup mulutnya.  Sampai sampai Dyah Puspita mencubit lengannya sambil cemberut dan berkata lirih," ih..memalukan! seperti tidak pernah melihat perempuan cantik saja...huh!" 

Arya Dahana tersipu malu ditegur seperti itu.  Dia mengalihkan pandangan matanya ke arah lain sambil meringis menggosok gosok lengannya yang sakit bukan main akibat cubitan marah tadi. 

Wanita cantik luar biasa dan anggun itu melambaikan tangannya ke arah Sima Lodra.  Si harimau putih berjalan perlahan sambil menunduk menghampiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun