Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Lahirnya Air dan Api

7 Desember 2018   22:47 Diperbarui: 7 Desember 2018   22:51 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bab IV

Pengembaraan kasih sayang
Selalu saja datang pada setiap orang
Bermula dari sebuah tatapan
Atau sekedar ringannya sapaan.
Petualangan hati
Tak akan pernah berhenti
Sampai pencarian di persinggahan melati
Hingga kembalinya sang bidadari

 

Bab V

Lereng Gunung Arjuna. Sepuluh tahun yang lalu. Dyah Puspita menggendong tubuh Arya Dahana yang sekarat dan berlari cepat.  Dia mengerahkan semua kemampuan meringankan tubuhnya untuk segera sampai ke sebuah tempat pertapaan kecil di lereng Arjuna.  Tempat seorang tua aneh ahli pengobatan terbaik di pulau Jawa yang dijuluki Ki Gerah Gendeng.  Dia masih ingat pernah dibawa oleh ayahnya dulu semasa kecil untuk mengobati kakinya yang digigit oleh kelelawar berbisa Nusakambangan.

Tubuhnya juga terluka akibat pertempuran dengan Lima Begal Garahan.  Tapi dia tidak lagi mempedulikan semua itu.  Dia harus menyelamatkan anak kecil ini.  Dia tidak tahu sampai berapa lama anak ini bisa bertahan.  Sebentar sebentar Dyah Puspita meraba denyut nadi si bocah.  Kemudian segera melanjutkan perjalanan dengan cepat setelah memastikan bahwa anak ini masih hidup. 

Makin dekat lereng Arjuna, denyut nadinya juga makin lemah.  Bahkan begitu sampai pertapaan Ki Gerah Gendeng, denyut nadinya seperti sudah tidak ada lagi.  Hati Dyah Puspita seperti melorot sampai pinggangnya.  Airmatanya sudah hampir menetes deras.  Namun dia menguatkan hati.  Dia sudah sampai di depan gua kecil tempat Ki Gerah Gendeng biasa bertapa.  Bau anyir racun dan rempah rempah sampai ke hidungnya begitu dia memasuki gua kecil itu.  Tubuhnya yang sangat kelelahan tidak kuat lagi menahan beban tubuh Arya Dahana.  Ditambah lagi harapannya yang sirna karena menempuh perjalanan yang sia sia.  Bocah itu telah tiada.  Meregang nyawa di pelukannya.  Bocah yang telah menyelamatkannya!

Dyah Puspita terguling pingsan tepat di depan seorang tua aneh berjenggot panjang yang sedang terbengong menatapnya.  Orang tua aneh itu sejenak kebingungan. Namun dia segera bangkit dan sebagai seorang yang lihai dalam hal pengobatan dia langsung tahu bahwa anak lelaki kecil itu sudah hampir mati.

Sedangkan gadis cantik yang tadi menggendongnya terluka dalam dan pingsan karena kelelahan.  Buru buru diambilnya sebuah botol kecil dari balik lemari dapurnya.  Dibukanya mulut Arya Dahana dan dipaksanya cairan obat itu masuk ke mulutnya dengan memencet hidungnya.  Wajah kecil pucat pasi itu perlahan lahan berubah kehijauan, kemudian kemerahan, kemudian kehijauan lagi dan kemerahan lagi.

Ki Gerah Gendeng menghela nafas pendek dan menggeleng gelengkan kepalanya.  Siapa orang yang sanggup meracuni anak sekecil ini dengan racun sedahsyat itu.  Tapi dia juga terheran heran anak kecil ini bisa bertahan dari rajanya racun dan pukulan api sehebat itu.  Dirabanya tulang dan perut anak itu dan matanya yang tua berbelalak!  Dua hawa yang saling bertentangan berputar putar di perut dan dada anak ini!

Hawa panas dan dingin itu sedang berusaha menyatu di tubuh kecil ini.  Dia semakin tertarik setelah dilihatnya lengan kanan si bocah perlahan berubah semerah darah dan lengan kirinya memucat putih kehijauan.  Anak ini butuh sebuah latihan pernafasan yang luar biasa agar bisa menyempurnakan penyatuan dua hawa yang saling bertentangan tersebut.  Obat yang diberikannya sudah cukup agar pertempuran dua hawa murni itu tidak membunuh si bocah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun