Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi│Senja Tak Lagi Membuta terhadap Cinta

20 Agustus 2018   11:01 Diperbarui: 20 Agustus 2018   12:25 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku jatuh dalam iba. Senja kau bakar hingga berjelaga. Tak tahukah kau bahwa yang ditunggu mata itu jingga. Bukan cipratan warna dari senja yang hangus terluka. Sungguh itu bisa menyeret percikan airmata. Jauh lebih dalam ke dasar telaga yang memutuskan untuk berduka. 

Lagipula. Bukankah sebaiknya kau menjerang matahari daripada menjaringnya. Menjerang cahaya akan menambah kilaunya seperti mutiara. Sedangkan menjaring berarti menangkapnya seolah mangsa. Apakah kau akan menjadikannya kekasih, atau justru berusaha memanaskan hatimu hingga mendidih? Atau mungkin kau sengaja memburu perih?  Sebab kau berpikir dunia ini penuh drama yang merintih-rintih?

Satu hal lagi. Hujan tak pernah bersedih hati. Hujan nyaris selalu bergembira. Tak ingatkah kau betapa jutaan tetesnya menyuarakan orkestra kebahagiaan. Dari daun-daunan yang meranggas, sawah-sawah yang mengeras, dan tubuh sungai yang mencadas.  Apalagi ketika kau menyempatkan diri membagi wangi melati.  Persis di momentum hujan berhenti. Musik alam yang terdengar akan sesempurna Vivaldi.

Namun aku tidak akan mencegahmu bila kau tetap berkeras hendak menjamu kata dan kalimat yang menurutmu berjatuhan dari langit yang tak lagi biru. Di sebuah perjamuan syair ketika senja terlanjur menua, matahari tersandera dan malam menolak hujan dengan cara mendatangkan purnama. Aku akan tetap hadir dan mengajakmu berdansa. Menautkan langkah kaki dan tatapan mata. Sampai akhirnya matahari dan hujan melahirkan bianglala. Di senja yang tak lagi membuta terhadap cinta.

Jakarta, 20 Agustus 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun