Jika kau berniat meniupkan angin dingin untuk membagi rasa beku. Lakukan sebelum aku pecah seperti arca yang dipalu. Setelah itu pergilah ke tempatmu semula. Aku mengiringimu dengan doa.
Apabila kau sudah menyelesaikan rasa penasaran karena aku berani mengabadikanmu dalam sebuah kisah yang pilu, maka maafkanlah aku. Aku dituntun oleh hati. Bukannya ingin menganiaya sunyi.
Malam ini bulan tak ada. Aku juga sedang tak mengada-ada. Pulanglah sebelum dinihari tiba. Aku berharap kau mengerti tentang dunia yang berbeda.
Ini adalah sebuah puisi dingin. Untukmu yang mengendarai angin. Kembalilah segera. Kedamaian menunggumu di sana.
Jakarta, 22 Juli 2018