Ada pada pagi. Â Mengelus lembut cahaya matahari yang memantul di daun-daun. Â Dengan usapan embun. Â Entah darimana datangnya. Â Itu sebuah rahasia. Â Bagaimana sebagian besar hari memulai perjalanan dengan berkaca-kaca.
Rahasia terbesar airmata. Â Terletak di jiwa-jiwa yang menua. Â Cemas akan kehilangan sentuhan magis. Â Pada nada-nada gerimis. Â Berjatuhan di hadapan. Â Pecah berantakan. Â Melenyap secepat kuda sembrani yang berlari dalam senyap. Â Ada rahasia di situ. Â Kemana selanjutnya hujan akan berlalu.
Rahasia terbesar airmata. Terikat pada waktu. Â Ketika menjanjikan sebuah pertemuan. Â Kemudian memberikan keputusan tentang kehilangan. Â Memaknai arti penyesalan. Â Dalam-dalam.
Airmata yang runtuh akibat peperangan. Â Adalah airmata tanpa rahasia. Â Mengalir dari jasad-jasad yang sebelumnya punya nama. Â Terkubur dalam lubang-lubang tanpa nama. Â Dikenang di sehelai kertas yang berisi daftar nama.
Airmata yang luruh oleh sebab ratapan. Â Adalah airmata yang disia-siakan. Â Demi tatap mata iba dan belas kasihan. Â Itu bukan rahasia. Â Hanya sebuah fragmen dari lakon drama.
Puncak rahasia dari airmata. Â Bermata air dari mata. Â Dari sanalah semua sembab bermula. Â Bukan di sana pula isakan berakhir. Â Manakala hati yakin terhadap kuasa takdir.Â
Medan, 22 Juni 2018