Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Roti Gambang yang Bikin Airmata Mengambang

9 Maret 2024   20:14 Diperbarui: 9 Maret 2024   21:37 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: shutterstock.com/

Ada satu makanan yang selalu mengingatkan saya pada suatu masa, waktu kecil saat masih sering sakit-sakitan.  Makanan itu  semacam kue, bentuknya bulat, agak tebal, lembab, ada butiran wijen di atasnya dan saat dimakan aroma dan rasa gula arennya yang khas langsung menyebar ke seluruh rongga mulut.

Entah kenapa, abah selalu membelikan saya kue itu saat asma saya kambuh.  Rasanya penyakit sesak napas saya waktu itu terasa lebih ringan sehabis menghabiskan beberapa potong kue yang warnanya coklat tersebut.

Nama kue itu saya tak tahu persis.  Sampai kemarin, saat kembali membeli kue sejenis. Ada tulisan "kue cantik manis"di labelnya.  Entah itu nama generik atau bukan, tak diketahui dengan jelas.

Beberapa bulan yang lalu, saat berkesempatan jalan-jalan ke ibukota.   Tergerak keinginan untuk mengunjungi salah satu perpustakaan yang sering lalu lalang di sosial media.  Perpustakaan Jakarta namanya. Letaknya di Jl. Cikini.

Setelah puas menikmati atmosfer perpustakaan yang megah itu, sekeluar dari area perpustakaan mata saya tertumbuk pada beberapa gerobak yang berjualan bermacam roti.  Tak cuma satu, ada beberapa gerobak di pinggir jalan Cikini.  Belakangan teramati ternyata nyaris di sepanjang jalan ada saja gerobak sejenis.

Didorong rasa penasaran.  Saya memesan satu roti, yang membuat memori memutar balik pada kue yang sering disantap tatkala sakit di waktu kecil.

Bedanya roti yang ada inisial TET di bungkusnya itu bentuknya persegi panjang, agak mirip bentuk lonjong sebetulnya. Saat bungkusnya dibuka, aroma gula aren campur kayumanis menguar ke udara.  Teksturnya agak beda dengan kue di masa kecil itu.  Lebih kering walau tetap empuk.

Saat memakannya, tak terasa air mata mengambang.  Hati rasanya campur aduk. Antara merasakan deja vu,  teringat saat abah menyodorkan kue yang rasanya mirip.  Juga dikarenakan rasa roti yang begitu nikmat.  Sampai-sampai rasanya Jl. Cikini terasa senyap,  ditelan suara dan rasa roti yang dikunyah pelan-pelan.  

sumber gambar : shutterstock.com
sumber gambar : shutterstock.com
Itu rupanya roti gambang, panganan yang konon terinspirasi dari gambang kromong, alat musik dari Betawi.  Walau nyatanya kue atau roti itu mengadopsi ontbijtkoek, roti yang berasal dari negeri Belanda yang agak mirip, berwarna kecoklatan dengan taburan wijen di atasnya.

Roti gambang yang saya beli sendiri ada yang rasa original ada yang pakai tambahan keju di tengahnya.  Dua-duanya terasa enak.  Belakangan saya baru tahu, kalau ternyata aslinya diproduksi di Bogor dan membuka cabang di Cikini pada tahun 1955.  Mungkin suatu saat harus menyambangi pabrik roti nan nyaman itu jika ada kesempatan ke sana lagi.

Roti gambang juga ternyata memiliki nama lain, yaitu roti ganjel rel, nama tersebut rupanya menurut orang Semarang sesuai dengan bentuknya yang juga memang agak mirip dengan kayu pengganjal rel kereta api.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun