Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kerumunan Kunang-kunang di Petang yang Tenang

27 Mei 2018   19:55 Diperbarui: 27 Mei 2018   20:09 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terlalu awal.  Rombongan kunang-kunang menghadiri pertemuan.  Dengan petang yang tenang.  Berniat membicarakan kedatangan bulan.  Haruskah disambut dengan tetabuhan genderang.  Atau cukup dengan menunduk alim.  Ucapkan salam dengan takzim.

Pucuk cemara ikut menyemarakkan suasana.  Melambaikan sirip-sirip daunnya.  Bertabik dalam-dalam.  Terhadap ritual menghormati malam.  Setelah upacara sederhana menghabiskan kurma.

Aduhai itu tubuh-tubuh yang menyala.  Menerangi sudut gelap tak berpenjaga.  Menyiarkan warna tembaga.  Sembari menunggu bulan menyiramkan cahaya.

Kemudian suara-suara peringatan membahana.  Menyergap kesunyian desa dan kota.  Gunung dan lembah.  Memberitakan bahwa sang penderma sudah tiba.  Timbul di pojokan langit.  Mengendarai mendung tipis bertabur rasa manis.

Kerumunan kunang-kunang menyebar.  Ke segala penjuru yang nampak bisu.  Memantik keramaian.  Di petang yang begitu tenang. 

Bogor, 27 Mei 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun