Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cahaya akan Bermakna Jika Ada Gelap di Hadapannya

22 April 2018   20:03 Diperbarui: 22 April 2018   20:31 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku baru menyadari betapa pentingnya menjadi malam.  Setelah aku mencoba masuk lebih dalam ke kegelapan.  Ternyata tidak mudah bertanggung jawab terhadap segala hal yang berbau misteri dan ketidaktahuan.  Jika di baliknya tak ada arti yang dalam.  Di sinilah aku baru paham.

Cahaya tak disebut menerangi jika tak ada sebutan gelap.  Kunang-kunang tak disebut berkerlipan jika tak ada istilah kelam.  Matahari hanyalah semacam kudapan kata jika pada akhirnya bukan menggantikan hitamnya malam.

Hujan tak bermakna menghilangkan kehausan jika tak ada kemarau yang mengeringkan tenggorokan.  Air tak mungkin dididihkan jika percikan api tak ditimbulkan.  Lautan tak berarti lagi jika kemudian daratan lalu dimusnahkan.

Sebuah makna akhirnya memang harus bertemu dengan kebalikannya jika ingin disebut bermakna.  Saling menguatkan.  Saling membutuhkan.  Tidak pernah berniat saling meruntuhkan.  Apalagi untuk saling menghilangkan.

Seperti juga cinta.  Bagaimana bisa disebut cinta jika dua hati saling tidak berkata.  Menyembunyikan kecemburuan.  Meniadakan salah paham.  Membekukan kesalahan.  Itu bukan cinta.  Itu jelas adalah sandiwara yang sempurna.

Jakarta, 22 April 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun