Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Lupa, Ingatan, dan Kenangan yang Terselamatkan

20 Maret 2018   16:15 Diperbarui: 20 Maret 2018   16:27 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku menulis namamu di putih langit-langit kamar.  Menggunakan sebatang kapur berwarna hitam.  Aku ingin membacanya sesaat sebelum aku tidur. Menghafalkannya seperti aku menghafal warna pelangi.  Aku tak mau lupa.  Menyebutkan namamu dengan berbagai jenis nama bunga.

Lupa adalah nama tengahku.  Aku lupa tertawa.  Aku lupa mengaji.  Aku lupa peduli.  Aku takut lupa padamu karena itu sama saja dengan mati.

Jika lupa mengambil alih sebagian ingatanku.  Aku bisa seberang berang-berang saat sungainya mengering tanpa ikan.  Memperlihatkan taring kemarahan tapi akhirnya tetap menggelepar kelaparan.  Karena ingatan itulah sebenar-benarnya alasanku.  Tetap mencintaimu.

Ingatanku berbatas waktu.  Ruang di kepalaku hampir mampat.  Sebagiannya terkunci rapat.  Aku sisihkan sisanya hanya untuk pagi, hujan dan kenangan yang terselamatkan.

Jakarta, 20 Maret 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun