Mohon tunggu...
Miftahul Dzikri
Miftahul Dzikri Mohon Tunggu... Lainnya - S1 Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta

Sepakbola, Olahraga, Politik, dan Otomotif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sifat Aliran Informasi

14 November 2023   09:24 Diperbarui: 14 November 2023   09:43 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Noval adeputra (22010400005)

Mahasiswa universitas Muhammadiyah Jakarta fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Mata Kuliah Komunikasi Organisasi

Hubungan Atasan-Bawahan

Dalam organisasi, jabatan-jabatan disusun dalam urutan hierarki, menciptakan serangkaian hubungan atasan-bawahan di seluruh organisasi Kenyataannya, kecuali untuk jabatan paling tinggi dan paling bawah dan organisasi, semua jabatan, dan orang-orang dalam jabatan tersebut, mempunyai suatu hubungan bawahan kepada beberapa jabatan dan hubungan  Atasan kepada jabatan-jabatan lainnya.

Konsep hubungan atasan-bawahan bersandar kuat pada perbedaan  Dalam otoritas, yang diterjemahkan menjadi perbedaan dalam status, hak, dan pengawasan. Seorang atasan dipandang paling sedikit memiliki status Lebih tinggi, lebih banyak hak istimewa, dan wilayah pengawasan tertentu atas seorang bawahan. Seorang bawahan memiliki status lebih rendah, lebih sedikit hak istimewa, dan bergantung pada atasannya. Meskipun seorang bawahan bergantung kepada atasannya dan sering berbeda dengan atasan tersebut, atasan juga bergantung kepada bawahannya. Misalnya, seorang penyelia harus bergantung pada bawahannya untuk memperoleh dukungan atas perintah-perintah dan gagasannya, untuk menyelesaikan pekerjaan, untuk menerima instruksi, untuk memberi informasi kepada atasan tersebut mengenai persoalan-persoalan yang terjadi, dan untuk menyampaikan informasi kepada orang-orang lainnya. Ini menunjukkan bahwa kualitas komunikasi antara atasan dengan bawahan merupakan fungsi dari hubungan antarpersona yang dibangun di antara mereka dan bagaimana hubungan ini memenuhi kebutuhan bawahan.


Penelitian dalam komunikasi atasan-bawahan menunjukkan bahwa bawahan cenderung mengatakan kepada atasan apa yang ingin didengar Oleh atasan mereka menurut perkiraan mereka, dan memberi informasi kepada atasan yang menggambarkan kelebihan bawahan, atau paling Sedikit, tidak mencerminkan kekurangan bawahan tersebut.

Pola-pola interaksi 

1. Antara sepertiga dan dua pertiga dari waktu penyelia dipakai Untuk berkomunikasi dengan bawahan.

2. Modus dominan interaksi adalah diskusi tatap-muka.

3. Mayoritas Interaksi adalah mengenai masalah-masalah pekerjaan.

4. Atasan lebih memungkinkan memulai Interaksi daripada bawahan

5. Sikap atasan kurang positif terhadap dan kurang puas oleh interaksi dengan bawahannya dibandingkan dengan bila berinteraksi dengan atas, mereka.

6. Kepuasan kerja seorang bawahan berkorelasi positif dengan perkiraan hubungan komunikasi bersama atasannya

7. Penyelia merasa bahwa mereka berkomunikasi dengan bawahannya lebih banyak daripada yang dirasakan oleh bawahan tersebut.

8. Bawahan merasa bahwa mereka mengirimkan pesan kepada atasannya lebih banyak daripada yang dirasakan oleh atasan tersebut.

9. Atasan yang tidak memiliki kepercayaan diri kurang bersedia melakukan diskusi tatap-muka dengan bawahannya.

10. Konflik peranan dan ambiguitas peranan pada pihak atasan berkorelasi dengan interaksi langsung dengan bawahan.

11. Bawahan lebih banyak mencari bantuan informal -dalam bidang kerja mereka dari atasan mereka daripada dari rekan sejawat atau bawahan mereka.

12. Atasan mungkin lebih banyak berlaku sebagai penghubung mengenai Produksi daripada mengenai hal-hal pemeliharaan atau inovasi.

Sifat-sifat pribadi atasan-bawahan

1. Bawahan yang cenderung menyukai pengawasan internal memandang atasan mereka sebagai lebih bijaksana daripada bawahan yang menyukai pengawasan eksternal dan lebih puas atas sikap atasan yang partisipatif.

2. Atasan yang cenderung menyukai pengawasan internal cenderung menggunakan bujukan untuk memperoleh kerja sama bawahan, sedangkan yang menyukai pengawasan eksternal cenderung meng: gunakan kekuasaan yang memaksa.

3. Atasan cenderung menilai bawahan sebagai berkemampuan bila bawahan tersebut memiliki nilai-nilai yang serupa dengan nilai-nilainya.

4, Atasan yang merupakan komunikator yang buruk, kurang disukai bawahannya.

5. Bawahan yang otoriter tampaknya paling puas bila mereka bekerja untuk atasan yang suka memerintah.

6. Kepuasan bawahan pada atasan langsungnya berkaitan dengan kredibilitas atasan tersebut.

Menghubungkan 

Menghubungkan Seorang penyelia mencoba menghubungkan seorang pelaksana dengan seorang manajer, sebuah garis dalam denah organisasi menghubungkan seorang anggota organisasi dengan anggota lainnya. Meskipun tampaknya sederhana, penghubungan ini lebih rumit daripada kelihatannya.

Proses-proses penghubungan paling sedikit mempunyai tiga sifat yang menyulitkan, proses-proses ini menghubungkan atau memutuskan bagian-bagian sistem organisasi. Para penyampai, sebagai komunikator perantara, dapat menyatukan beberapa tujuan akhir pesan, atau dapat pula melepaskan hubungan-hubungan tersebut. Seorang penyampai berfungsi seperti sebuah sistem transmisi dalam mobil. Penyampai menghubungkan dua bagian yang bergerak dan independen. Seperti suatu transmisi, penyampai ini menyesuaikan inersia suatu bagian dengan inersia bagian lain. Penyesuaian semacam ini mencegah gerakan tiba-tiba, karet terbakar dan pemutusan sistem. Menurut pendapat Smith, fungsi penghubung ini menciptakan suatu etika yang membuat pengulang pesan menghargai penyesuaian dan asimilasi sudut pandang di atas hal-hal lainnya. Karena seorang pengulang pesan harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan besar milik kedua belah pihak, salah satu tugasnya adalah mempertemukan kekuatan-kekuatan tersebut, menghubungkan sehingga kekuatan- kekuatan keduanya dapat digunakan.

Menyimpan

Fungsi pengulang pesan yang kedua adalah menyimpan. Bila seorang kepala bagian menerima pesan dari manajer untuk disampaikan kepada operator, ia harus menyimpan pesan itu. Bila dalam perjalanannya kepala bagian tersebut lupa, ia tidak dapat menyampaikan pesan tersebut, dan tidak dapat menjadi seorang pengulang pesan. Penyimpanan membentangkan ruang antara produser pesan dengan pemakai pesan. Penyimpanan mengisyaratkan suatu etika yang konservatif, karena pengulang pesan yang menyimpan pesan, memelihara tradisi sistem.

Proses komunikasi dan batas organisasi

Aliran informasi dipelajari secara tradisional dalam organisasi tunggal, dan batas-batas jaringannya tidak diperluas sampai melewati keanggotaan Organisasi. Cushman dan King (1993) mengemukakan bahwa pasar teknologi tinggi melahirkan suatu sistem baru manajemen (manajemen kecepatan tinggi) yang mencetus suatu revolusi dalam komunikasi organisasi. Ekonomi bersaing dan perubahan globalnya menuntut organisasi untuk menggunakan praktik-praktik yang menjamin kebutuhan analisis yang Cepat, dan respons/penyesuaian yang cepat pula. Komputer dan tele komunikasi memungkinkan produksi, pemasaran, dan teknologi manajemen baru. Masalah utama adalah bagaimana memberi respons terhadap perubahan cepat dalam lingkungan tersebut.

Manajemen berkecepatan-tinggi memberi implikasi yang nyata pada peranan komunikasi dalam pencarian keuntungan yang bersaing. Dalam istilah penelitian “aliran informasi”, batas-batas organisasi harus diperluas agar meliputi lingkungan yang lebih besar. Bila suatu organisasi dipahami sebagai jaringan hubungan-hubungan yang saling-bergantung, maka teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah apa yang selama ini kita anggap sebagai organisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun