Meskipun merkantilisme kemudian digantikan oleh teori perdagangan bebas ala Adam Smith, elemen-elemen proteksionisme ternyata tetap eksis dalam praktik kebijakan modern. Bahkan negara-negara maju pun masih menggunakan instrumen proteksi seperti subsidi dan tarif untuk menjaga sektor-sektor strategis mereka dari tekanan persaingan global yang ketat.
Rincian Tarif dan Reaksi Global
Kebijakan tarif yang diumumkan Trump pada 2 April 2025 mencakup beberapa poin penting:
Tarif 10% untuk hampir seluruh barang impor, kecuali sektor esensial seperti farmasi dan semikonduktor.
Tarif 25% untuk mobil impor, yang memukul produsen Eropa dan Asia.
Tarif negara-spesifik, seperti terhadap Indonesia, yang dikenai bea masuk tambahan hingga 32% pada produk seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur.
Trump menyatakan bahwa ini adalah cara untuk menghidupkan kembali sektor manufaktur AS yang selama ini mengalami penurunan karena kompetisi luar negeri dan relokasi pabrik. Menurutnya, outsourcing dan banjir barang murah dari luar negeri telah merusak daya saing industri dalam negeri. Ia juga menekankan pentingnya mengurangi ketergantungan terhadap rantai pasok global yang banyak dikendalikan oleh negara-negara lain, khususnya China.
Namun Senator Elizabeth Warren menilai klaim tersebut menyesatkan. Dalam wawancaranya di CNN, ia mengatakan "Tarif ini tidak membawa kembali pekerjaan manufaktur. Sebaliknya, perusahaan justru memotong tenaga kerja. Kebijakan ini penuh dengan kekacauan dan korupsi."
Ketidakpastian pun merajalela di kalangan pelaku usaha. "Sekarang ada kekacauan... tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dengan tarif besok, minggu depan, atau bulan depan. Harga terus naik, bisnis ragu untuk berinvestasi, dan keluarga pekerja khawatir tentang pekerjaan mereka," tambah Warren pada 9 April 2025.
Dampak ke Dalam Negeri AS dan Dunia
Kebijakan tarif Trump berdampak luas, bukan hanya ke negara mitra dagang tetapi juga ke dalam negeri AS sendiri. Konsumen menjadi pihak yang paling cepat merasakan efeknya, yaitu harga barang naik serta daya beli melemah.