Mohon tunggu...
Michael Nugraha Budiarto
Michael Nugraha Budiarto Mohon Tunggu... Konsultan - Managing Director of ASEAN Youth Organization | Founder eDUHkasi | Passionate Leader

Tertarik untuk berdiskusi, memperbincangkan topik yang pernah atau sedang menjadi polemik. Memiliki blog pribadi di www.huangsperspective.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum 2013 Masih Prematur

24 November 2018   12:05 Diperbarui: 24 November 2018   13:10 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

K13 memiliki sistem pengambilan nilai, di mana tiap guru diharuskan mengambil minimal 3 tagihan di setiap KD. Misalkan saja tiap semester ada 7 KD, berarti ada 21 tagihan yang harus diambil dalam 1 mapel dalam 1 semester. Tagihan yang begitu banyak bukan? Itu baru 1 mata pelajaran. Dalam sekolah ada kira-kira 10-12 mata pelajaran. 

21 tagihan dikalikan sekitar 10 mata pelajaran, ditambah lagi, K13 memiliki sistem remidi tiada akhir, yaitu setiap remidi harus dilakukan sampai siswa dapat lulus di tagihan tersebut, guru diharuskan memberikan remidi, meski itu harus melakukan remidi 3 kali atau lebih. Jika dilakukan remidi terus menerus, tentu beban pikiran siswa akan menumpuk karena masih banyak tagihan lain yang perlu diambil siswa. Bagi guru pun sama, guru diharuskan mengambil nilai di materi selanjutnya sedangkan guru juga harus memberi remidi sampai remidi benar-benar tuntas.

Baik siswa maupun guru dipaksa bekerja terus menerus, pikiran siswa dan guru diperas. Siswa secara tidak langsung dipaksa untuk mengikuti banyak kursus untuk bisa mengikuti perubahan yang ada dan guru dipaksa untuk mengimbangi perubahan besar yang ada pada kurikulum. 

Contohnya saja guru yang sudah terbiasa mengambil nilai dengan 2 tagihan saja dengan metode yang sudah dikembangkan dari KTSP, tetapi guru sekarang diharuskan mengambil 3 tagihan nilai, ditambah dengan remidi yang harus diusut sampai tuntas, bagaimana hal seperti ini tidak memeras pikiran dan psikis guru dan murid? 

Pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada guru-guru memang sudah ada, akan tetapi menurut guru-guru swasta dan negri yang saya wawancarai, bahkan pelatihan-pelatihan yang diberikan tidak memberi efek apapun karena pelatihan yang diberikan tidak menjelaskan bagaimana kurikulum 2013 dapat diajarkan. 

Perlu Pembenahan

Kurikulum 2013 dan Sistem Pendidikan saat ini perlu pembenahan lagi, mulai dari pola pikir masyarakat, pelatihan guru-guru sampai hal-hal teknis seperti sarana-prasarana bagi murid. Kemendikbud perlu menanamkan ke dalam pikiran masyarakat bahwa LOTS sudah bukan jawaban dari masalah yang ada. Masyarakat saat ini dihadapkan dengan masalah-masalah yang lebih kompleks. 

Tidak dihadapkan pada kalkulasi nilai 1 ditambah satu, tetapi bagaimana 1 ditambah 1 sama dengan 2. Masyarakat diharapkan untuk menjadi kritis untuk selamat menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat berubah.

Kita tidak boleh terus menerus berpikir bahwa kita harus mendapatkan universitas yang bagus agar pekerjaan datang kepada kita. Kembali lagi, kita ada di era, di mana automasi semakin marak terjadi, pemikiran logis sederhana tidak akan mampu bertahan, logika kita untuk berpikir kritis sangatlah diperlukan. Universitas baik bukanlah akhir dari pendidikan, tetapi awal dari pendidikan yang sesungguhnya.

Guru-guru perlu diberikan pelatihan lebih jelas agar dapat menrubah metode pembelajarannya yang dulu KTSP menjadi K13. Bagaimana bisa Kurikulum 2013 berhasil tanpa adanya guru yang paham akan fungsi kurikulum 2013. Ditambah lagi, memaksa guru mengganti metode pembelajaran dari KTSP menjadi K13 tanpa ada pelatihan yang jelas sama saja menghancurkan rumah orang, kemudian hanya memberi batu bata dan semen. 

Berharap orang bisa membangun sesuatu yang revolusioner sesuai seperti yang kita harapkan tanpa arahan. Perlu diadakan pelatihan yang efektif sehingga makna dari k13 itu sendiri dapat tercapai dengan baik. Pihak Mendikbud tentu juga perlu memahami dengan baik seluk beluk K13 sehingga benar-benar bisa menjelaskan kepada guru-guru, metode seperti apa, pendekatan seperti apa yang harus dilakukan sehingga guru dapat membentuk pribadi yang kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun