Mohon tunggu...
Fiksiana

Ketika Ruang Menciptakan Makna

15 Maret 2018   00:16 Diperbarui: 15 Maret 2018   00:20 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku sadar, semua t'lah berlalu dan meninggalkan jejak rindu. Cinta ialah sebuah kata dengan segudang misteri, yang sulit untuk dipahami dengan akal yang sehat. Namun, apakah Cinta ditakdirkan untuk saling menyakiti? Meninggalkan segenggam kisah indah dibalik batu kepahitan yang dalam.

Memperjuangkan Cinta, sadar bahwa Cinta ialah anugerah yang suci dan tidak layak dilecehkan dengan permainan semata. 

Bukankah Dia yang esa telah menciptakan rasa? 

Namun, mengapa Cinta sering berakhir dengan ratap tangis?

Inikah kehendak-Nya? agar aku terjatuh dan menatap kebisuan dalam kegelapan abadi.

Hidup ini sekedar perjalanan sehari seorang musafir di tanah orang, maka perjuangkanlah mereka yang menciptakan surga dalam hatimu. Sungguh, adakala hati tak sejalan dengan logika; Hidup diantara antara akal dan hati, dan inilah yang kita kenal dengan istilah "Galau".

"Galau" ialah suatu masa mengenal diri.

Memilih untuk beranjak meninggalkan logika atau meninggalkan hati? Faktanya, Banyak diantara kita yang memilih untuk bertahan dalam ruang ini, membiarkan hati dicambuk oleh logika, dan menciptakan tangisan yang tak mengenal tawa. 

Inikah takdir-Nya? atau Inikah takdir yang kuciptakan bagi diriku? 

Aku sadar, Cinta akan menjadi berarti ketika kisah ini berakhir dalam sebuah perpisahan. Indah maupun pahit terpadukan dalam memori yang hanyalah sebatas sejarah. 

Aku rindu untuk kembali ke masa dimana senyum itu mampu meringankan beban hidup yang sungguh melelahkan.

Masa ketika duduk berdua denganmu ialah suatu kebahagiaan yang tak ternilai. 

Hari demi hari kita lewati bersama, hingga kebahagiaan itu telah bermetamorfosis menjadi rutinitas yang menjadikannya sebuah kepenatan.

"Kepenatan" inilah yang menghasilkan perselisihan diantara kita. Gula yang manis itu t'lah hangus dan terasa pahit. Aku bosan mendengar setiap kata manis dari mulutmu, Aku bosan dengan rayuan manismu di hari-hari yang terasa sangat sulit.

Kusadari, bahwa aku tak dapat menemukanmu dalam hati ini, dimanakah kau?

Mencari dirimu, t'lah membuatku tersadar bahwa kau tidaklah meraja dalam hati ini; hingga akhirnya kuputuskan untuk menciptakan jarak diantara kita.

Hari demi hari t'lah kulalui sendiri tanpamu,

Hingga akhirnya aku mengerti apa artinya dirimu dalam hidupku.

Memang cinta akan menjadi lebih bermakna pada hari perpisahan tiba dan mustahil untuk kembali menatap masa depan bersama.

Cinta bukanlah kisah bahagia semata.

Namun cinta tak akan menjadi bermakna,

sebelum ia dijalani, dirasa, dan bermetamorfosis menjadi sejarah.

Sulit bagiku, untuk beranjak meninggalkan kenangan itu.

Namun aku harus belajar untuk pergi dari hidupmu.

Seperti matahari yang harus pergi ketika malam tiba,

Namun biarkanlah aku menjadi matahari yang menerangi rembulan di malam hari; agar kutetap berarti bagimu, meski kau tak melihat wujudku. Biarkanlah sinarku tetap mampu menciptakan senyum di wajahmu, karena senyum-mu itu mampu menghapus beban hidupku yang berat.

Kuberharap agar kenangan ini meninggalkan segenggap kisah tentang dua sejoli yang belajar merajut kenangan indah bersama.

dariku yang merindukanmu..

Michael Juan Pandi - 

15 Maret 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun