Mohon tunggu...
Mia Rosmayanti
Mia Rosmayanti Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Menulislah dan jangan mati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kado Istimewa

14 Mei 2022   10:23 Diperbarui: 14 Mei 2022   10:59 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by A Swinger of Birches via Tumblr

Di bawah panyung yang mengembang, aku menyusuri jalan yang sudah kulalui berulang kali. Hujan tak kunjung berhenti di hari yang sangat spesial ini, aku yakin banyak pasangan yang saat ini memasang wajah muram karena gagal melakukan kencan hari ini. Bagaimana tidak? Mereka pasti sudah saling mempersiapan kado satu sama lain untuk diberikan. Seperti yang kulakukan saat ini.

Jalanan tidak seramai biasanya. Aku berjalan sembari mengintip-intip setiap wajah yang tertutup payung-payung dengan berbagai motif dan warna, setiap orang berjalan dengan cepat, bahkan sebagian dari mereka terlihat berlari-lari kecil. Mereka menunduk, memperhatikan langkah mereka betul-betul agar tidak basah, seolah takut kakinya akan berubah menjadi ekor jika sampai terkena air hujan.

Ini adalah hal yang paling kusukai saat hujan- kota yang terlihat begitu senyap, serta orang-orang yang sibuk dengan diri sendiri. Dengan begitu, tidak ada yang peduli dengan aku dan segala hal yang begitu merepotkan untuk dibawa kedua tanganku. Bagaimanapun juga, hari ini adalah hari yang istimewa untukku.

Aku melihat sebuah kafe yang letaknya tepat di sudut perempatan jalan ini. Tempatnya kecil dan tidak mencolok, bahkan bisa dibilang, tidak banyak orang yang tahu kalau bangunan dengan chat berwarna krem yang mulai berlumut di beberapa bagian itu ada. Orang-orang yang melihatnya, pasti akan mengabaikan tempat ini dan berlalu begitu saja. Karena itulah, jika bisa bertemu dengan seseorang yang kebetulan cocok denganmu, bisa dikatakan itu adalah sebuah anugrah.

Tidak beberapa lama aku sudah berada di depan dan tanpa ragu-ragu mendorong pintunya. Penjaga kafe yang tentu saja sudah kukenal betul wajah dan namanya itu menyapaku dengan ramah seperti biasa. Tentu saja aku yakin dia juga sangat familiar denganku, sebagaimana aku mengenalnya.

Aku duduk di sudut kafe yang paling dekat dengan sebuah rak buku kecil, seperti biasanya. Aku paling menyukainya, dari sudut itu aku bisa mencium aroma buku yang mulai menguning, atau mengintip orang-orang yang berlalu lalang di luar kafe seperti tak menyadari keberadaan kafe ini dan aku yang berada di dalamnya.

Setelah meletakan semua bawaanku, aku bangkit untuk memesan es kopi seperti biasa. Hal lain yang kusuka dari kafe ini adalah aku tidak perlu bingung ingin memilih kopi apa saat hendak memesan es kopi. Hanya ada satu jenis kopi yang disediakan, dan rasanya pun familiar. Sejujurnya aku merasa kewalahan saat harus memilih kopi apa yang harus kuminum. Aku sama sekali tidak mengerti tentang kopi, macam cara menyajikan segelas kopi, dan lain sebagainya. Terlalu banyak pilihan dan itu membuatku merasa sangat tertekan.

Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan pesananku, karena itulah aku memilih menunggu dan membawanya sendiri ke mejaku. Aku duduk lalu, meminum sedikit es kopiku, lalu meraih ponsel. Ah, sudah lebih dari tiga puluh menit dari waktu yang dijanjikan. Tidak masalah, toh selama ini memang selalu begitu. Mau seberapa lambat pun aku datang pada sebuah pertemuan, aku akan selalu menjadi orang yang menunggunya. Tidak ada yang berubah.

Kuletakkan ponselku, lalu memilih untuk menelusuri rak kecil yang tergantung di dinding. Tidak ada yang berubah, koleksinya masih sama seperti terakhir kali aku datang ke tempat ini. Aku mengambil buku dengan sampul maroon dan huruf-huruf yang ditulis dengan tinta kuning keemasan: The Litte Mermaid.

Buku itu kini sudah berada dalam genggam dan jangkauan pandangku. Aku membaca kata demi kata yang ada di dalamnya dengan sangat teliti, seperti orang yang baru pertama kali membaca sebuah buku yang sangat indah. Ini bukan pertama kalinya aku membaca buku itu. Ini adalah buku dongeng biasa yang menceritakan kisah cinta dari seorang Putri Duyung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun