Mohon tunggu...
Mia Rosmayanti
Mia Rosmayanti Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Menulislah dan jangan mati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kado Istimewa

14 Mei 2022   10:23 Diperbarui: 14 Mei 2022   10:59 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by A Swinger of Birches via Tumblr

“Tidak perlu berlebihan. Aku hanya mengubah gaya make-upku. Bagaimana menurutmu? Apakah terlihat cocok denganku?” Tanyaku sambil megedipkan mata berkali-kali, bersemangat mendengar tanggapan darinya.

Dia mengamatiku sekali lagi, lalu mengangguk-anggukan kepalanya, “Menurutku sangat cocok denganmu. Dengan begini orang yang tidak mengenalmu pasti akan berpikir kalau kau adalah wanita paling romatis di dunia, dan mereka akan iri karena akulah yang saat ini duduk berhadap-hadapan denganmu. Mereka pasti akan berpikir kita adalah pasangan paling bahagia.”

“Ya! Berhentilah mengolok-olokku seperti ini. Aku benar-benar terdengar seperti pemeran jahat sekarang.” Kataku dengan nada tersinggung sekaligus frustrasi.

“Baiklah. Maafkan aku.” Ucapnya sambil memberikan bungkukan kecil khasnya saat sedang meminta maaf.

Aku meraih tas yang kubawa dari tadi ke pangkuanku, mengeluarkan isinya, lalu meletakkan lagi tasnya ke bawah kakiku. Kuletakkan kotak makan berukuran kecil itu di atas meja, lalu menjodorkan ke arahnya.

Dia menatapku ragu-ragu, “apa ini?”


“Hadiah valentine. Aku tidak bisa membuatkanmu coklat dengan berbentuk hati seperti film-film romantis, jadi aku membuat masakan sederhana untukmu. Jika dipikir-pikir, aku belum pernah melakukannya.” Kataku mengecilkan suara.

Itu benar. Ini adalah pertama kalinya aku mencoba memasak untuk orang lain. Aku tidak memperhatikan diriku sedemikian rupa, jadi tidak banyak makanan yang bisa kubuat. Meskipun begitu, aku sudah melakukan yang kubisa. Walaupun tidak sebesar pengorbanan Putri Duyung yang rela menahan sakit demi mendapatkan sepasang kaki impiannya, tapi aku tahu, aku sudah berusaha melakukan yang terbaik kali ini.

“Masakan yang dibuat sendiri oleh Rayana. Boleh kumakan sekarang?” Dia mengatakan hal itu dengan tatapan berkilat, penuh harap.

Aku mengangguk, “nikmatilah, jadi aku bisa membawa kembali kotak bekalnya sekalian saat pulang.”

Ia membuka tutup kotak makan itu perlahan-lahan. Aku bisa melihat asap masih mengepul nasi kare di dalamnya. Kurasa, aku memilih kotak makan yang tepat. Dengan begitu aku bisa memastikan Ia menyantap masakanku selagi masih hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun