"Alhamdulillah..."
Semua penumpang berseru gembira. Pesawat telah mendarat dan berhenti. Suasana seketika ribut dipenuhi ucapan syukur yang tak terkira.
"Alhamdulillah... kita berhasil mendarat dengan selamat."
Suara lewat interkom terdengar.
"Pesawat telah mengalami kerusakan pada bagian sayap sehingga tidak dapat diberangkatkan kembali ke tujuan semula..."
Informasi terakhir ini sungguh menggidikkan.
Sekitar sejam kemudian, kami akhirnya benar-benar bisa bernapas lega setelah pintu pesawat terbuka dan kami diminta keluar dari pesawat tanpa tergesa-gesa.
Jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam hari. Bandara telah mulai sunyi. Masa ini adalah masa pandemi covid-19, sehingga jam operasional bandara dibatasi hanya hingga pukul sepuluh malam hari. Pihak maskapai menawari kami untuk tetap membawa kami ke tujuan semula dengan pesawat lain, tapi saya memilih untuk dijadwal ulang saja esok harinya.
* * *
Pukul 06.00 pagi besoknya, saat saya menapaki anak tangga terakhir untuk masuk ke dalam pesawat, saya berhenti sejenak. Terbayang peristiwa semalam.
"Ya Allah, jika ajalku tiba dalam pesawat ini, aku berserah diri kepada-Mu. Tidak ada yang dapat menunda maut jika saatnya telah tiba."
