Mohon tunggu...
Momang Yusuf
Momang Yusuf Mohon Tunggu... Pengajar sains yang terus belajar menulis

Seorang abdi negara di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain menulis tema-tema sosial dan fiksi, saya juga menulis tentang sains khususnya fisika yang saya tuangkan dalam blog pribadi saya: https://edufisika.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketegangan di Udara

23 Desember 2022   22:03 Diperbarui: 24 Desember 2022   06:35 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Padahal, saya yakin ada bagian dari pesawat ini yang retak dan bahkan mungkin telah patah. Kudengar jelas keras bunyi retakan itu. Bisakah pesawat ini melewati masa-masa kritis pendaratan?

Tapi setidaknya pesawat masih dalam kendali.

Tetapi, jangan-jangan pada perjalanan putar balik inilah ajal ditakdirkan menjemput?

Waktu terus berlalu.

"Para penumpang... waktu mendarat telah dekat..." Suara awak kabin terdengar lagi. Tergesa-gesa. Tidak ada peringatan untuk tetap pada kursi, atau meminta mengencangkan seatbelt seperti biasanya.

Jantungku berdegup semakin cepat.

Kuintip ke luar jendela. Gedung-gedung bandara telah tampak jelas dalam kegelapan. Semakin membesar menuju ukuran sebenarnya. Garis-garis marka jalan makin jelas. Lampu stroboskop mobil pemadam dari jauh tampak berputar-putar mendekati pesawat. Diikuti ambulans.

Saat mendarat kian dekat. Saya bisa melihat jelas garis-garis marka jalan telah dalam ukuran yang semestinya, berlarian ke belakang. Saya bahkan bisa merasakan jarak roda pesawat ke aspal. Tiga puluh sentimeter, sepuluh senti meter... Saya menahan napas...

Peluang selamat sekarang melonjak menjadi delapan puluh persen. Kurangnya, yang dua puluh persen itu, adalah jika roda pesawat patah saat menyentuh tanah sehingga badan pesawat meluncur bergesekan dengan aspal yang memicu kebakaran dan ledakan.

Srrrttttttt... bruuummm....

Roda pesawat telah menyentuh aspal. Bunyi mesin pesawat menderum berusaha menghambat laju pesawat. Kami tersentak ke depan. Pesawat terus melaju. Bagian ujung sayap sebelah kanan hampir saja menyentuh tanah, dan akhirnya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun