Ilmu Fardhu Kifayah
Selain ilmu fardhu 'ain, terdapat ilmu yang disebut fardhu kifayah, yaitu ilmu yang diperlukan untuk kemaslahatan umat dan kehidupan sosial. Jika sebagian orang telah mempelajarinya, maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Ilmu fardhu kifayah mencakup bidang kedokteran, matematika, pertanian, teknik, politik, dan lain-lain. Al-Ghazali menekankan pentingnya ilmu ini agar umat Islam dapat mandiri dan berdaya dalam mengelola kehidupan dunia, namun tetap dengan orientasi ibadah kepada Allah.
Ilmu yang Tercela
Al-Ghazali juga mengingatkan tentang adanya ilmu yang tidak bermanfaat bahkan berbahaya, yang disebut ilmu tercela. Contohnya adalah ilmu sihir, perdukunan, atau pengetahuan yang menjerumuskan manusia kepada kemaksiatan dan kesesatan. Ilmu jenis ini tidak hanya tidak memberi manfaat, tetapi juga bisa merusak akidah dan akhlak. Karena itu, ilmu yang seperti ini harus dijauhi dan tidak boleh dijadikan bagian dari pendidikan Islam.
Prinsip Utama dalam Kurikulum
Bagi Al-Ghazali, kurikulum pendidikan harus menempatkan ilmu yang mendekatkan diri kepada Allah sebagai prioritas utama. Ilmu agama menjadi fondasi, sedangkan ilmu duniawi berfungsi sebagai penunjang kehidupan manusia. Dengan demikian, pendidikan harus seimbang: tidak hanya mempelajari ilmu akhirat, tetapi juga ilmu dunia, selama keduanya membawa kemaslahatan dan tidak melalaikan manusia dari tujuan akhir, yaitu kebahagiaan di sisi Allah.
Metode Pendidikan
Bertahap (Tadarruj)
Menurut Al-Ghazali, pendidikan harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan kesiapan murid. Ilmu tidak boleh diberikan sekaligus dalam jumlah banyak karena akan membuat murid kebingungan. Seorang guru harus bijak menyesuaikan materi dan metode dengan tingkat perkembangan peserta didik. Dengan cara ini, murid dapat memahami ilmu secara perlahan namun mendalam, dan tidak merasa terbebani.
Teladan (Uswah Hasanah)
Salah satu metode terpenting menurut Al-Ghazali adalah keteladanan. Guru harus menjadi contoh nyata dalam perilaku, ibadah, dan akhlak. Murid akan lebih mudah meniru perbuatan gurunya daripada hanya mendengar perkataan. Oleh karena itu, seorang guru harus menampilkan akhlak mulia agar murid terdorong untuk menirunya dalam kehidupan sehari-hari.