Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pak Presiden, Benarkah Kita Sudah Merdeka (BK.. 5)

18 Oktober 2012   07:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:42 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Negara kita telah merdeka
hitam di atas putih
proklamasi 1945
adalah bukti nyata

Benarkah kita sudah merdeka?
apakah kita sudah merdeka seperti yang kita impikan

apakah kita sudah mempunyai kemerdekaan pada diri kita sendiri
bisa menentukan arah dan langkah masa depan kita sendiri
sudahkah kita merdeka dari rasa takut dan khawatir

sudahkah kita merasa aman
sudahkah kita merdeka dari rasa khawatir
tidak khawatir dengan penjahat saat keluar rumah sendirian di tengah malam
sudahkah kita merasa tenang jika kita pergi sendiri di jalanan tanpa kawan
merdekakah kita atas perasaan aman dan nyaman

Bukankah tujuan merdeka itu kita bisa hidup bersama dalam masyarakat yang adil dan makmur dan sejahtera lahir dan batin
lalu bagaimana saat kita sakit dan tidak mampu bekerja
atau kita benar-benar tidak mampu melakukan apapun
saat ini siapakah yang akan bertanggung jawab saat ini
memberi kita makan dalam ketidakberdayaan
sekedar nasi dan garam pengganjal perut
atau ditambah kelapa muda parut menajdi makanan mewah di saat aku dulu ada

dahulu
ketika negeri ini belum mengenal kata merdeka
belum mengenal pembangunan
belum ada gedung-gedung tinggi yang gagah perkasa
simbol kemajuan bangsa

orang tidak khawatir kelaparan karena ada daun-daunan di kebun belakang
ada ketela yang bisa direbus dengan kayu
semua milik bersama
tidak ada yang tega melihat tetangganya kelaparan
dalam masyarakat gotong royong, kebersamaan, solidaritas

lalu bagaimana sekarang ?
haruskah orang makan batu
atau tanah.. bahkan sekarang tanah kosongpun tak ada lagi
atau kita memasak dengan batu
dengan tumpukan sampah-sampah kering
berebut dengan pemulung

manusia bisa kelaparan dan tidak ada yang peduli
ironinya pembangunan
adalah penghancuran negeriku
ironinya kemerdekaan bangsaku
menimbulkan ketidakmerdekaan pada diri dan jiwa pribadinya
uang
semua harus punya uang
semua diukur dengan uang
semua dihitung dengan harga yang harus dibayar
tidak ada lagi keberssamaan
sama rasa sama rata

lalu bagaimana jika aku tidak punya itu uang
tidak ada lagi dalam kantongku

memasak harus pakai bahan bakar
apaun namanya harus dengan uang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun