Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

CFC: Ayam Lokal yang Melejit di Tengah Meredupnya Brand Global KFC

9 Oktober 2025   16:44 Diperbarui: 9 Oktober 2025   16:44 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
CFC melejit & KFC merosot, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Di tengah gempuran merek global dan turbulensi geopolitik, satu nama lokal justru bersinar: CFC (California Fried Chicken). Bukan sekadar ayam goreng, CFC kini menjadi simbol ketahanan, adaptasi, dan kebangkitan kuliner nasional.

Ketika Ayam Global Tersedak Geopolitik

Dulu, KFC adalah ikon gaya hidup urban. Ayam gorengnya bukan sekadar makanan, tapi simbol status, modernitas, dan globalisasi. 

Namun sejak 2023, narasi itu mulai retak. PT Fast Food Indonesia Tbk, pengelola KFC Indonesia, mencatat kerugian bersih Rp796,7 miliar sepanjang 2024, naik 91,67% dari tahun sebelumnya. 

Sepanjang dua tahun terakhir, 66 gerai ditutup dan lebih dari 3.000 karyawan dirumahkan. Utang membengkak hingga Rp3,97 triliun per Juni 2025.

Penyebabnya bukan sekadar pandemi. Aksi boikot terhadap merek-merek Barat akibat konflik Timur Tengah turut memukul KFC. 

Ditambah volatilitas harga bahan baku, gangguan rantai pasok, dan penurunan daya beli, KFC Indonesia tersedak oleh kompleksitas global yang tak bisa dikendalikan dari dapur lokal.

CFC: Tumbuh dari Akar, Bukan Royalti

Di saat KFC terseok, CFC justru melejit. PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP), pengelola CFC, mencatat pendapatan Rp691,24 miliar sepanjang 2024, naik 10,78%. 

Laba bersih semester I 2025 mencapai Rp12,61 miliar. PTSP bahkan berencana menambah 30 gerai baru tahun ini.

CFC tak dibebani royalti asing. Ia bebas menyesuaikan menu, harga, dan strategi lokasi. Ayam gorengnya hadir dengan rasa lokal, harga terjangkau, dan narasi yang membumi. 

Di tengah keresahan terhadap dominasi merek asing, CFC menjadi simbol kedaulatan kuliner nasional.

Mengapa CFC Unggul?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun