Sebagai konsultan, saya kerap diminta melakukan assessment budaya organisasi. Dan hampir selalu, manajemen dengan bangga menunjukkan Values Statement yang tertempel di poster, dinding kantor, bahkan disematkan di website.Â
Namun ketika saya bertanya, "Bagaimana program internalisasi nilai-nilai ini dijalankan?", mereka sering kali kelabakan menjawabnya.
Ada anggapan keliru bahwa nilai-nilai yang sudah diumumkan otomatis menjadi budaya perusahaan. Padahal, tanpa proses internalisasi yang nyata - melalui pelatihan, penguatan perilaku, sistem penghargaan, dan keteladanan pemimpin - nilai hanya menjadi dekorasi.Â
Budaya tidak lahir dari pengumuman, tapi dari penghayatan.
Inilah yang saya sebut sebagai "budaya semu", di mana organisasi merasa sudah berbudaya, padahal yang hidup hanyalah simbol, bukan substansi.
Dari Poster ke Zona: Memetakan Budaya Tim
The 4 Stages of Work Culture in Teams karya Daniel Hartweg memetakan evolusi budaya kerja tim ke dalam empat tahap utama yang mencerminkan kondisi psikologis, sosial, dan produktivitas tim. Setiap tahap menunjukkan seberapa jauh tim telah menginternalisasi nilai dan membangun budaya yang sehat.
The 4 Stages of Work Culture memetakan empat zona budaya kerja berdasarkan realitas psikologis dan sosial yang dialami tim:
1. Toxic (Zona Ketakutan) Â
  Tidak ada keamanan psikologis. Orang memilih diam daripada jujur. Konflik dihindari, komunikasi tertutup.
2. Tolerated (Zona Risiko) Â
  Ada sedikit dukungan, tapi konflik dan ketidakjelasan masih dominan. Tim bertahan, bukan berkembang.