Setiap kali saya menjejakkan kaki di Semarang, ada satu ritual yang tak pernah saya lewatkan: menyusuri Gang Grajen, lorong kecil yang menyimpan rasa besar.Â
Di sanalah berdiri kedai mungil Loenpia Mbak Lien, penjaga warisan kuliner khas Semarang yang melegenda.Â
Loenpia Mbak Lien telah menemani perjalanan saya sejak dulu sebagai pelanggan, sebagai penikmat, dan sebagai saksi hidup dari sebuah tradisi yang tak lekang oleh waktu.
Sejarah Loenpia Semarang: Cinta yang Menggulung Rebung
Kisah Loenpia Semarang ini bermula dari pertemuan dua penjual makanan: Tjoa Thay Joe, pemuda Tionghoa, dan Mbok Wasih, gadis Jawa. Alih-alih bersaing, mereka memilih bersatu, menyatukan resep, hati, dan masa depan.Â
Dari perpaduan itu lahirlah lumpia rebung yang dijajakan di Olympia Park, pasar malam Belanda yang kini tinggal kenangan.
Dari pernikahan mereka lahirlah generasi-generasi penjaga rasa, dan Mbak Lien merupakan generasi ketiga dari pasangan tersebut menjadi penjaga cita rasa dan etika berdagang yang tak tergantikan.
Kedai Loenpia Mbak Lien di Gang Grajen: Lorong Kecil, Rasa Besar
Meski beralamat di Jalan Pemuda, pusat kota Semarang, kedai utama Loenpia Mbak Lien hanya bisa dijangkau dengan menyusuri Gang Grajen sejauh 20 meter.Â