Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Penampilan Indonesia di Ambang Sidang Umum PBB dan 17+8 Tuntutan Rakyat

6 September 2025   07:59 Diperbarui: 7 September 2025   22:54 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampanye 17+8 Tuntutan Rakyat yang viral di medsos dengan didominasi warna pink dan hijau.(KOMPAS.com/Zulfikar Hardiansyah)

Cermin Retak di Tengah Tuntutan yang Belum Dijawab

Pagi 6 September 2025 bukan sekadar penanda waktu. Ia adalah titik tengah dari sebuah janji yang belum ditepati. Sehari sebelumnya, 5 September 2025, tenggat resmi untuk 17+8 Tuntutan Rakyat jangka pendek telah berlalu. 

Di saat yang sama, dunia tengah menyiapkan panggungnya: Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan berpidato di Sidang Umum PBB ke-80 pada 23 September 2025, menempati urutan ketiga pada hari pembukaan. Sebuah kehormatan diplomatik yang menuntut bukan hanya retorika, tetapi integritas.

Tuntutan Rakyat & Sidang Umum PBB,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 
Tuntutan Rakyat & Sidang Umum PBB,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Namun, di balik sorotan internasional, ada suara yang belum dijawab. Suara rakyat. Suara luka. Suara yang tak bisa dibungkam oleh protokol.

Tuntutan yang Melewati Tenggat Waktu

Gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat bukan sekadar daftar. Ia adalah cermin dari nurani publik yang menolak diam. Dari tuntutan transparansi anggaran DPR, penarikan TNI dari ranah sipil, pembebasan demonstran, hingga pembentukan tim investigasi independen atas kematian Affan Kurniawan dan Umar Amarudin, semuanya menyuarakan satu hal: keadilan yang tertunda adalah keadilan yang ditolak.

Namun hingga tenggat berlalu, hanya sebagian kecil yang dijawab:

  • DPR menghentikan tunjangan perumahan dan menangguhkan perjalanan dinas ke luar negeri.  
  • Beberapa fraksi menyatakan komitmen untuk membuka ruang dialog.

Langkah-langkah ini bersifat administratif. Belum menyentuh akar. Belum menyentuh luka.

Sorotan PBB: Diplomasi di Bawah Bayang-Bayang HAM

Kantor HAM PBB telah menyampaikan keprihatinan atas penanganan demonstrasi di Indonesia. Ravina Shamdasani, juru bicara resmi, menekankan pentingnya penghormatan terhadap hak berkumpul dan berekspresi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun