Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Saat Legitimasi Tak Bisa Dibeli dengan Data; Ekonomi Stabil Rakyat Gelisah

2 September 2025   21:48 Diperbarui: 3 September 2025   10:48 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Pertumbuhan ekonomi. (Freepik via Kompas.com)

Indonesia memasuki paruh kedua tahun 2025 dengan dua wajah yang saling bertolak belakang. 

Di atas kertas, ekonomi kita terlihat sehat. Pertumbuhan ekonomi mencapai 5,12% dibanding tahun lalu, angka yang cukup tinggi di tengah ketidakpastian global. 

Harga-harga barang kebutuhan pokok relatif stabil, dengan inflasi di bulan Juli tercatat hanya 2,37%. Bahkan suku bunga acuan Bank Indonesia tetap di angka 5%, memberi sinyal bahwa kondisi moneter masih terkendali.

File Merza Gamal. (Gambar diolah dengan Copilot.Microsoft.AI) 
File Merza Gamal. (Gambar diolah dengan Copilot.Microsoft.AI) 

Namun, di jalanan, kenyataan berkata lain.

Angka yang Tak Menyentuh Kehidupan Sehari-hari

Selama akhir Agustus hingga awal September, ribuan orang turun ke jalan. Mereka bukan hanya memprotes satu kebijakan, tapi menyuarakan rasa kecewa yang sudah lama dipendam. 

Di tengah demonstrasi, pasar saham Indonesia sempat terguncang. Nilai perusahaan-perusahaan besar di bursa berkurang hampir Rp 200 triliun dalam satu hari. 

Investor asing mulai menarik dana mereka. Rupiah pun melemah.

Di saat pemerintah menyebut defisit anggaran hanya 0,81% dari PDB, angka yang tergolong aman, masyarakat justru bertanya: ke mana uang negara sebenarnya mengalir? 

Apakah benar digunakan untuk memperbaiki kehidupan rakyat, atau hanya mempercantik laporan?

Ketika Kepercayaan Publik Retak

Demonstrasi yang berkepanjangan bukan sekadar reaksi spontan. Ia adalah gejala dari retaknya kepercayaan. Masyarakat tidak hanya ingin angka bagus, mereka ingin keadilan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun