Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Penampilan Indonesia di Ambang Sidang Umum PBB dan 17+8 Tuntutan Rakyat

6 September 2025   07:59 Diperbarui: 7 September 2025   22:54 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampanye 17+8 Tuntutan Rakyat yang viral di medsos dengan didominasi warna pink dan hijau.(KOMPAS.com/Zulfikar Hardiansyah)

Sementara itu, Divisi Statistik PBB menerima laporan dari lembaga riset Celios tentang dugaan manipulasi data PDB Indonesia sebagai tuduhan yang mengancam kredibilitas statistik nasional.

Dalam konteks ini, pidato Presiden bukan sekadar seremoni. Ia adalah ujian moral. Dunia tidak hanya akan mendengar, tetapi menilai: apakah Indonesia masih menjadi mercusuar demokrasi, atau sedang kehilangan arah.

Analisis: Antara Gestur dan Reformasi

Langkah-langkah pemerintah sejauh ini menunjukkan respons normatif, bukan struktural. Moratorium tunjangan dan perjalanan dinas adalah gestur. Bukan reformasi. Ketika tuntutan substansial belum dijawab, maka kepercayaan publik tetap rapuh.

Jika pemerintah tidak segera menindaklanjuti tuntutan rakyat dan rekomendasi PBB secara konkret, maka pidato Presiden berisiko dipandang sebagai pengalihan isu. 

Lebih dari itu, Indonesia bisa kehilangan posisi moralnya dalam percakapan global tentang hak asasi manusia dan tata kelola demokratis.

Harapan yang Belum Padam

Di tengah semua ini, gerakan sipil dan mahasiswa terus menunjukkan konsolidasi. Aksi "Piknik Rakyat Nasional" di depan DPR adalah bukti bahwa gerakan ini bukan euforia sesaat, melainkan proses yang berakar. 

Mereka tidak hanya menuntut. Mereka mengingatkan. Bahwa demokrasi bukan hadiah. Ia adalah warisan yang harus dijaga dengan keberanian dan cinta.

Undangan untuk Mendengar

Artikel ini bukan sekadar refleksi. Ia adalah undangan. Untuk mendengar. Untuk memperbaiki. Untuk memulihkan Indonesia dengan keberanian yang tak pernah padam.

Jika Presiden ingin tampil bermartabat di PBB, maka langkah-langkah nyata harus segera diambil: pembentukan tim investigasi independen, pembebasan demonstran, dan pemulihan hak sipil. Jika tidak, maka dunia akan melihat bukan pidato, melainkan cermin retak dari bangsa yang sedang diuji.

Ajakan Kolektif Anak Bangsa 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun