Akan tetapi sejak reformasi sekular oleh Mustafa Kemal Atatrk, wajah Turki berubah drastis. Islam dipisahkan dari negara. Aksara Arab diganti Latin. Azan sempat diterjemahkan ke bahasa Turki. Bahkan mengenakan jilbab di institusi publik sempat dilarang.
Transformasi ini bukan sekadar kebijakan, tapi rekayasa identitas nasional. Islam yang dulunya menjadi ruh kekuasaan, direduksi menjadi ekspresi privat.Â
Generasi muda Turki tumbuh dalam sistem pendidikan yang menekankan rasionalisme dan nasionalisme, bukan spiritualitas. Maka tak heran jika praktik salat harian menurun drastis, meski simbol-simbol Islam tetap berdiri megah.
Indonesia, sebaliknya, menerima Islam bukan melalui penaklukan, tapi melalui dakwah yang lembut. Ia berbaur dengan tradisi lokal, membentuk ekspresi keislaman yang membumi.Â
Salat lima waktu bukan hanya ritual, tapi bagian dari ritme sosial. Di warung kopi, di kantor pemerintahan, di desa terpencil, bahkan di pusat kota, salat menjadi bagian dari kehidupan harian.
Lebih menarik lagi, Indonesia tidak memiliki sistem negara Islam. Tapi justru dalam ruang demokrasi dan pluralisme, praktik keagamaan tumbuh subur.Â
Kondisi ini menunjukkan bahwa spiritualitas tidak selalu bergantung pada sistem politik atau warisan sejarah, melainkan pada kesadaran kolektif dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Salat lima waktu adalah ibadah yang sunyi. Ia tidak spektakuler. Tidak viral. Tidak bisa dipamerkan. Justru karena itu, ia menjadi indikator paling jujur dari kedalaman spiritual seseorang.Â
Dan, ketika mayoritas Muslim Indonesia melakukannya secara konsisten, itu menunjukkan bahwa ada ruh keimanan yang hidup di tengah masyarakat, meski sering tak terlihat oleh sorotan media.
Di Indonesia, salat bukan hanya urusan pribadi dengan Tuhan. Ia menjadi penanda sosial, bahkan identitas komunitas. Di banyak lingkungan, tidak salat bisa menimbulkan rasa malu atau pertanyaan dari tetangga.Â
Mushola dan masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi juga ruang sosial, tempat anak-anak belajar, ibu-ibu berkumpul, dan masyarakat berdialog.