Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kisah Nonna Anna dan Secangkir Makna Usia

16 Juli 2025   10:19 Diperbarui: 16 Juli 2025   10:19 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nonna Anna & Secangkir Makna Usia,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Ketika Kehidupan Tak Pernah Pensiun dari Cinta

Di sebuah kota kecil bernama Nebbiuno, Italia, pagi hari selalu dimulai dengan aroma kopi yang khas. Namun bukan hanya wangi robusta yang menyambut para pelanggan Bar Centrale setiap hari sejak tahun 1958. Di balik meja bar, berdiri seorang perempuan dengan senyum hangat dan tangan yang tak gemetar---padahal usianya kini genap satu abad.

Namanya Anna Possi, atau yang lebih akrab disapa: Nonna Anna.

Lebih dari Barista

Nonna Anna bukan sekadar pemilik kafe. Ia adalah penjaga ritme hidup, penjembatan waktu antara masa lalu dan sekarang. Di usia 100 tahun, ia tetap membuka tokonya setiap hari---termasuk saat Natal dan Paskah. "Orang ingin minum kopi di hari raya," ujarnya sederhana.

Apa yang membuat seorang perempuan seusianya masih teguh berdiri, menyeduh kopi, menyapa pelanggan, membaca berita, dan memantau bursa saham setiap pagi?

Jawabannya bukan stamina. Tapi makna.

Usia Bukan Batas, Tapi Babak Baru

Kita sering melihat penuaan sebagai kemunduran. Tapi Nonna Anna membalikkan narasi itu dengan keteguhan hidupnya. Ia menolak pensiun bukan karena menolak tua, tapi karena ia memilih hadir.

Dalam pandangan filsuf Martin Heidegger, manusia adalah Dasein---makhluk yang memiliki kesadaran eksistensial. Hidup otentik bukan soal usia, tapi tentang keberanian hadir secara sadar di dunia. 

Nonna Anna menghadirkan authentic being dalam bentuk yang paling sederhana: secangkir kopi, senyum tulus, dan kehadiran penuh arti.

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya... hingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdoa: 'Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku...'"  

 (QS. Al-Ahqaf: 15)

Ayat ini menegaskan bahwa usia matang justru adalah momen reflektif: waktu untuk bersyukur, memperdalam relasi, dan mempertebal kontribusi.

Kerja sebagai Ibadah Kehidupan

Di zaman ketika kerja sering dikaitkan dengan produktivitas atau burnout, kisah ini mengingatkan kita bahwa kerja juga bisa jadi doa. Tindakan kecil yang diulang dengan cinta adalah bentuk spiritualitas yang membumi.

Ia tidak bekerja untuk mengejar karier, tapi karena merasa berguna. Karena menjadi bagian dari kehidupan orang lain adalah sumber sukacita. Ini bukan soal ekonomi, tapi tentang ekologi jiwa---di mana relasi dan kontribusi menjadi sumber vitalitas.

Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 
Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya."  

 (HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni)

Nonna Anna hidup dalam semangat ini: bahwa kebermaknaan hidup sejati bukan ditentukan usia, tapi seberapa besar hidup kita mencerahkan hidup orang lain.

Heidegger dan Kopi: Sebuah Dialog Diam

Heidegger berkata bahwa manusia otentik adalah mereka yang menyadari keterbatasan waktu, dan justru dari sanalah makna hidup lahir. Nonna Anna tidak melawan usia. Ia merangkulnya. Ia tidak menunda eksistensinya, tapi menghidupi hidup secara penuh di sini dan sekarang.

Berbeda dari eksistensialisme Sartre yang menekankan bahwa kita bebas menciptakan diri, Heidegger mengajak kita mendengarkan Ada---Being---yang hadir sunyi namun mendalam di balik rutinitas dan refleksi. 

Dan tampaknya, Nonna Anna telah mendengarnya sejak lama, lewat bunyi mesin espresso, denting tawa pelanggan, dan detak hatinya sendiri.

Kita yang Juga Menua...

Kisah ini bukan hanya tentang seorang nenek di Italia. Ini tentang kita semua---tentang bagaimana kita memandang penuaan, kerja, spiritualitas, dan kebermaknaan.

Tua bukan berarti usai. Tapi kesempatan untuk menyeduh hidup perlahan---dengan penuh kesadaran dan rasa syukur.

Penutup: Penuaan Bukan Penyakit, Tapi Proses Suci

Merawat tubuh di usia lanjut, bukan karena takut tua, tapi karena ingin bersyukur atas tiap hembusan nafas. Menyimak Firman Tuhan, bukan karena kewajiban, tapi karena jiwa butuh 'kopi' untuk bangun setiap pagi.

Karena hidup yang dijalani dengan kesadaran, akan memancarkan cahaya. Dan siapa bilang cahaya hanya milik masa muda?

Selama jiwa kita masih menyapa dunia dengan kasih, kita tak akan pernah benar-benar menjadi tua.

"Usia tua bukan hukuman, tapi berkat---jika kita menjalaninya untuk kemuliaan Tuhan." --- Billy Graham  

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." --- Hadis Nabi Muhammad SAW  

Dan mungkin, setiap pagi kita pun bisa berkata:  

"Hari ini, aku akan menyeduh secangkir kebermaknaan lagi."

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun