Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ribuan Kantor Cabang Bank Menutup Pintu; Layanan Finansial Berpindah ke Ujung Jari

17 Juni 2025   20:17 Diperbarui: 17 Juni 2025   22:13 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertumbuhan digital banking,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 


Pagi itu, Pak Hendra, pensiunan pegawai negeri sipil di Yogyakarta, berdiri termenung di depan sebuah kantor cabang bank yang dulu menjadi tempatnya menabung dan mencairkan pensiun tiap bulan. Pintu kaca yang biasanya terbuka kini tertutup rapat. 

Sebuah kertas kecil bertuliskan "Kantor ini telah ditutup. Silakan gunakan layanan digital kami." menggantung di sana. Bagi Pak Hendra, ini bukan sekadar perubahan tempat, melainkan simbol dari sebuah era yang bergeser.

Dan memang benar. Per Maret 2025, jumlah kantor cabang bank di Indonesia hanya tersisa 21.035 unit, menyusut tajam sebanyak 3.208 unit dibandingkan tahun sebelumnya, menurut laporan resmi OJK. 

Sebuah penurunan drastis yang mencerminkan gelombang besar digitalisasi dalam sektor keuangan nasional.

Digitalisasi Perbankan: Dari Kebutuhan Menjadi Keniscayaan

Apa yang terjadi bukanlah sekadar penghematan operasional. Ini adalah respons terhadap perubahan perilaku masyarakat yang kian akrab dengan teknologi. Transaksi digital kini mendominasi, mulai dari transfer, pembukaan rekening, hingga pengajuan kredit.

Bank-bank konvensional tidak tinggal diam. Mereka berevolusi melalui proses digitalisasi, mengintegrasikan teknologi seperti aplikasi mobile banking, internet banking, hingga chatbot berbasis AI. Contoh nyatanya adalah:

  • Livin' by Mandiri
  • Wondr by BNI
  • BYOND Mobile oleh BSI

Meski bernaung di bawah bank konvensional, aplikasi-aplikasi ini telah menawarkan pengalaman digital yang setara (bahkan lebih intuitif) dibandingkan bank digital murni. Inilah wajah baru perbankan tradisional yang beradaptasi di tengah disrupsi.

Bank Digital: Lahir Tanpa Tembok, Tumbuh Dengan Inovasi

Di sisi lain, bank digital murni seperti Bank Jago, Bank Neo Commerce (BNC), dan SeaBank telah mencuri perhatian. Tanpa kantor cabang fisik, mereka mengandalkan kekuatan aplikasi yang ringan, efisien, dan penuh fitur personalisasi.

Data kinerja menunjukkan arah yang jelas:

  • Bank Neo Commerce membukukan pertumbuhan laba fantastis sebesar 902,8% YoY hingga Februari 2025.
  • Bank Jago mencatatkan lonjakan laba 214,76% YoY di periode yang sama.
  • SeaBank mencetak pertumbuhan laba 98,94% YoY.

Model operasional mereka sangat ramping. Beban operasional turun signifikan karena tidak ada biaya gedung, listrik kantor cabang, atau tenaga teller. Ini memungkinkan mereka mengalokasikan lebih banyak sumber daya ke teknologi, inovasi produk, dan akuisisi nasabah.

Digitalisasi dan Bank Digital: Apakah Sama?

Meski kerap tertukar, digitalisasi bank dan bank digital bukanlah hal yang sama. Yang satu adalah proses transformasi dari model lama ke baru, sedangkan yang lain memang sejak awal lahir dalam format digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun