Bahkan, desain visualnya kini disusun agar Instagramable. Pengunjung dapat berbagi momen literasi mereka ke media sosial, tanpa kehilangan kenyamanan membaca.Â
Di antara rak buku, tersebar QR Code yang bisa dipindai untuk mendapatkan informasi digital, sinopsis, atau promo menarik---sebuah sentuhan digital yang menyatu tanpa mendominasi.
Kolaborasi Inovatif: Gramedia x JALMA Studio
Transformasi ini tidak datang tiba-tiba. Ini adalah hasil kolaborasi Gramedia dengan JALMA Studio, konsultan desain dan arsitektur ruang publik yang berpengalaman dalam merancang ruang retail dan interaksi sosial. Gramedia Melawai menjadi flagship store pertama yang mengusung pendekatan ini.
Melalui pendekatan desain berbasis pengalaman (experience design), Gramedia berharap proyek ini menjadi pilot project yang bisa direplikasi ke toko-toko Gramedia lain di seluruh Indonesia.Â
Transformasi ini memberi harapan baru bagi dunia perbukuan nasional---bahwa toko buku masih relevan, asalkan mampu menyesuaikan diri.
Kembali Menghidupkan Semangat Membaca
Kita tak bisa memungkiri kenyataan bahwa minat baca masyarakat Indonesia belum ideal. Tetapi yang sering terabaikan adalah: bisa jadi bukan orangnya yang tak mau membaca, tapi ruang bacanya yang tidak menarik, bahkan membosankan.
Dengan langkah seperti di Melawai ini, Gramedia menyulap toko buku menjadi tempat ngopi, kerja, belajar, berdiskusi, dan berekspresi. Sebuah ruang di mana buku bukan hanya dijual, tapi menjadi pusat kehidupan urban.
Inilah pendekatan baru dalam literasi: tidak memaksa membaca, tetapi membuat membaca menjadi pilihan yang menyenangkan.
Akankah Kompasiana Menjadi "Retail Experience" di Dunia Menulis?
Dari transformasi Gramedia yang begitu menjanjikan, muncul pertanyaan reflektif:
Apakah Kompas Gramedia juga akan melirik potensi emas Kompasiana, yang selama ini belum tergarap optimal?