Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Gramedia JALMA; Transformasi Retail Experience Buku, Akankah Kompasiana Menyusul?

8 Juni 2025   20:31 Diperbarui: 8 Juni 2025   20:31 2962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi Gramedia JALMA,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Di tengah masifnya disrupsi digital yang menyeret penjualan buku cetak dan membuat toko-toko buku satu per satu gulung tikar, Gramedia justru melangkah ke arah sebaliknya. 

Bukan dengan perlawanan, tetapi dengan transformasi penuh visi yang menyatukan buku, kopi, diskusi, dan ruang produktivitas menjadi satu kesatuan pengalaman.

Tepatnya di kawasan Melawai, Jakarta Selatan---tempat legendaris yang dikenal dengan lalu lintas pejalan kaki yang padat dan beragam komunitas urban---Gramedia menghadirkan konsep "Retail Experience". 

Ini bukan sekadar renovasi fisik atau penataan ulang interior toko, tetapi sebuah upaya strategis yang mengangkat kembali peran toko buku sebagai ruang publik, tempat hidup gagasan, bukan sekadar rak-rak buku yang berdebu.

Dari Rak Buku ke Ruang Hidup: Menjawab Tantangan Zaman

Masyarakat modern, terutama generasi muda, tidak lagi sekadar mencari barang, mereka mencari pengalaman. Mereka ingin ruang yang hidup, estetik, produktif, dan inklusif---dan Gramedia Melawai menjawab semua itu.

Begitu melangkah ke dalam, pengunjung disambut oleh suasana hangat dan terbuka. Rak-rak buku dirancang rendah, memberi ruang pandang yang lapang. 

Suasana di dalam Gramedia JALMA,  Sumber: Kompas.id
Suasana di dalam Gramedia JALMA,  Sumber: Kompas.id

Pencahayaan lembut dan dominasi material kayu menciptakan nuansa nyaman untuk berlama-lama. Di berbagai sudut, kita temukan:

  • Zona diskusi komunitas, tempat berbagai event, bedah buku, dan talkshow digelar.
  • Coworking space, untuk para freelancer, mahasiswa, dan pekerja remote yang ingin bekerja santai tapi produktif.
  • Kedai kopi (Aloo Kopi) yang menggoda siapa pun untuk menyeruput espresso sembari membuka halaman-halaman literasi.

Toko buku ini telah berubah menjadi ruang hidup---tempat bertemunya pikiran, selera, dan interaksi sosial.

Retail Buku yang Instagramable dan Interaktif

Langkah Gramedia ini adalah bentuk keberanian dan kecerdasan dalam menjawab zaman. Toko buku kini tak lagi hanya tentang menjual buku, tapi tentang menjual pengalaman dan rasa keterhubungan.

Bahkan, desain visualnya kini disusun agar Instagramable. Pengunjung dapat berbagi momen literasi mereka ke media sosial, tanpa kehilangan kenyamanan membaca. 

Di antara rak buku, tersebar QR Code yang bisa dipindai untuk mendapatkan informasi digital, sinopsis, atau promo menarik---sebuah sentuhan digital yang menyatu tanpa mendominasi.

Kolaborasi Inovatif: Gramedia x JALMA Studio

Transformasi ini tidak datang tiba-tiba. Ini adalah hasil kolaborasi Gramedia dengan JALMA Studio, konsultan desain dan arsitektur ruang publik yang berpengalaman dalam merancang ruang retail dan interaksi sosial. Gramedia Melawai menjadi flagship store pertama yang mengusung pendekatan ini.

Tampak depan Gramedia JALMA,  Sumber: Akun Gramedia di TikTok 
Tampak depan Gramedia JALMA,  Sumber: Akun Gramedia di TikTok 

Melalui pendekatan desain berbasis pengalaman (experience design), Gramedia berharap proyek ini menjadi pilot project yang bisa direplikasi ke toko-toko Gramedia lain di seluruh Indonesia. 

Transformasi ini memberi harapan baru bagi dunia perbukuan nasional---bahwa toko buku masih relevan, asalkan mampu menyesuaikan diri.

Kembali Menghidupkan Semangat Membaca

Kita tak bisa memungkiri kenyataan bahwa minat baca masyarakat Indonesia belum ideal. Tetapi yang sering terabaikan adalah: bisa jadi bukan orangnya yang tak mau membaca, tapi ruang bacanya yang tidak menarik, bahkan membosankan.

Dengan langkah seperti di Melawai ini, Gramedia menyulap toko buku menjadi tempat ngopi, kerja, belajar, berdiskusi, dan berekspresi. Sebuah ruang di mana buku bukan hanya dijual, tapi menjadi pusat kehidupan urban.

Inilah pendekatan baru dalam literasi: tidak memaksa membaca, tetapi membuat membaca menjadi pilihan yang menyenangkan.

Akankah Kompasiana Menjadi "Retail Experience" di Dunia Menulis?

Dari transformasi Gramedia yang begitu menjanjikan, muncul pertanyaan reflektif:
Apakah Kompas Gramedia juga akan melirik potensi emas Kompasiana, yang selama ini belum tergarap optimal?

Potensi Kompasiana yang belum optimal tergarap,  Sumber: tangkapan layar Akun Kompasiana  an Merza Gamal 
Potensi Kompasiana yang belum optimal tergarap,  Sumber: tangkapan layar Akun Kompasiana  an Merza Gamal 

Kompasiana sebagai platform jurnalisme warga sebenarnya menyimpan kekayaan konten dan energi kreatif yang luar biasa. 

Ribuan tulisan, opini, ulasan, hingga catatan perjalanan bermunculan setiap hari---tanpa digerakkan oleh redaksi, melainkan oleh semangat kolektif komunitas penulis digital.

Namun, selama ini Kompasiana seolah hanya menjadi "etalase konten" tanpa strategi monetisasi dan pengembangan ekosistem yang matang. 

Padahal, bila dikelola sebagai "retail experience" digital---dengan fitur interaktif, kelas menulis daring, monetisasi konten, dan komunitas aktif---Kompasiana bisa menjadi aset bisnis media yang menjanjikan bagi Kompas Gramedia.

Jika Gramedia bisa menjadikan toko buku sebagai tempat ngopi dan diskusi, mengapa Kompasiana tak dijadikan ruang digital yang juga hidup? 

Tempat di mana penulis bisa mendapatkan apresiasi, interaksi, bahkan penghasilan.

Dari Retail Buku ke Retail Konten

Transformasi Gramedia Melawai bisa menjadi titik tolak model bisnis baru Kompas Gramedia: dari menjual produk fisik menjadi menjual ekosistem pengalaman---baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Jika dilakukan dengan pendekatan strategis dan keberanian berinovasi seperti yang terjadi di Gramedia Melawai, bukan mustahil Kompasiana akan menjadi rumah besar para penulis Indonesia, tempat berkarya sekaligus berdaya.

Penutup: Menulis, Membaca, dan Bertumbuh Bersama

Transformasi Gramedia Melawai bukan hanya tentang toko buku. Ini tentang cara baru memandang literasi di era digital---bahwa membaca dan menulis tidak perlu bersaing dengan media sosial, justru bisa menyatu dengannya.

Kini, bola ada di tangan manajemen Kompas Gramedia. Akankah Kompasiana dipoles seperti Melawai---diperindah, diperkuat, dan dijadikan pengalaman digital yang penuh semangat kolaborasi?

Jika ya, maka bukan hanya toko buku yang hidup kembali---tetapi seluruh ekosistem literasi Indonesia.

Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture,  Kompasianer sejak awal)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun